IHSG Loyo, 5 Saham Ini Penyebabnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sesi II Jumat (31/3/23) ditutup di 6.805,27 atau melemah tipis 0,05% secara harian.
Sebanyak 271 saham turun, 228 saham naik sementara 187 saham lainnya tidak bergerak. Sore ini, nilai transaksi mencapai sekitar Rp 9,57 triliun dengan melibatkan 16,3 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,32 juta kali.
Hari ini IHSG bergerak fluktuatif, menguat di awal pembukaan namun berbalik arah di hingga perdagangan ditutup. Penyusutan indeks kali ini sekaligus melanjutkan tren pelemahan yang telah berlangsung selama dua hari sebelumnya. Dalam lima hari transaksi, apresiasi IHSG masih menguat 0,64%. Sementara itu sejak awal tahun, IHSG masih membukukan pelemahan 0,66% (year to date).
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv, enam dari total sektor melemah. Sektor utilitas menjadi yang paling merugikan indeks, masing-masing turun 0,76% lebih.
Adapun lima bottom movers IHSG hari ini berdasarkan bobot indeks poinnya masih dipenuhi dari sektor perbankan-finansial, meliputi:
1. PT Gojek Tokopedia (-5,68)
2. PT Bank Central Asia (-5,34)
3. PT Telkom Indonesia (-3,65)
4. PT Kalbe Farma (--3,46)
5. PT Bank Rakyat Indonesia (-2,46)
Adapun sentimen global sejatinya mengarah ke positif, jika dilihat dari data ekonomi dan tenaga kerja di Amerika Serikat (AS). Namun kali ini, jika data tersebut positif, maka akan menjadi sentimen negatif karena bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mempunyai alasan untuk terus menaikkan suku bunga acuannya.
Sebelumnya pada semalam waktu Indonesia, data tenaga kerja AS menunjukkan klaim tunjangan pengangguran dalam sepekan yang berakhir 25 Maret sebanyak 198.000 klaim, naik 7.000 dibandingkan pekan sebelumnya, dan sedikit di atas ekspektasi 195.000 klaim.
Klaim tunjangan pengangguran tersebut memberikan gambaran pasar tenaga kerja AS yang masih kuat meski The Fed sudah sangat agresif dalam menaikkan suku bunga.
Selain itu, data yang dirilis hari ini menunjukkan data produk domestik bruto (PDB) final AS pada kuartal IV-2022 tumbuh sebesar 2,6%, lebih rendah dari rilis sebelumnya 2,7%.
Di kuartal I-2023, pertumbuhan ekonomi AS diprediksi masih akan berakselerasi. Berdasarkan data GDP Now milik Fed Atlanta, PDB Negeri Paman Sam diprediksi tumbuh 3,2%.
Kuatnya perekonomian AS sebenarnya memberikan kebingungan di pasar. Dalam kondisi normal, hal tersebut bagus, tetapi saat "berperang" melawan inflasi tinggi akan menjadi buruk.
Inflasi tinggi akan susah turun saat PDB tumbuh tinggi. Namun, dengan The Fed diprediksi tidak akan agresif lagi menaikkan suku bunga, bahkan banyak yang melihat tidak akan dinaikkan lagi, harapan AS lolos dari resesi semakin besar, meski masih menyisakan pertanyaan apakah inflasi bisa turun atau masih tetap bandel.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[Gambas:Video CNBC]
Awal Pekan IHSG Senyam-Senyum Nih
(Muhammad Azwar/ayh)