Market Commentary
4 Saham Big Cap Ini Buat IHSG Gagal Hepi di Akhir Pekan

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada perdagangan sesi II Jumat (31/3/2023), di mana pada hari ini merupakan perdagangan terakhir di kuartal I-2023.
Per pukul 13:53 WIB, IHSG melemah tipis 0,07% ke posisi 6.804,18. Meski terkoreksi, tetapi IHSG masih cenderung bertahan di level psikologis 6.800.
Beberapa saham menjadi pemberat IHSG pada sesi II hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi penahan laju penguatan IHSG hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Central Asia | BBCA | -7,11 | 8.775 | -0,57% |
Telkom Indonesia | TLKM | -6,07 | 4.040 | -1,22% |
Bank Rakyat Indonesia | BBRI | -3,68 | 4.730 | -0,42% |
Kalbe Farma | KLBF | -2,47 | 2.100 | -3,23% |
Sumber: RTI
Dua saham bank raksasa terpantau menjadi pemberat IHSG hari ini, seperti saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang keduanya memperberat indeks masing-masing 7,11 indeks poin dan 3,68 indeks poin.
Selain dua bank raksasa, terdapat pula saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang juga memberatkan indeks masing-masing 6,07 indeks poin dan 2,47 indeks poin.
Adapun sentimen global sejatinya mengarah ke positif, jika dilihat dari data ekonomi dan tenaga kerja di Amerika Serikat (AS). Namun kali ini, jika data tersebut positif, maka akan menjadi sentimen negatif karena bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mempunyai alasan untuk terus menaikkan suku bunga acuannya.
Sebelumnya pada semalam waktu Indonesia, data tenaga kerja AS menunjukkan klaim tunjangan pengangguran dalam sepekan yang berakhir 25 Maret sebanyak 198.000 klaim, naik 7.000 dibandingkan pekan sebelumnya, dan sedikit di atas ekspektasi 195.000 klaim.
Klaim tunjangan pengangguran tersebut memberikan gambaran pasar tenaga kerja AS yang masih kuat meski The Fed sudah sangat agresif dalam menaikkan suku bunga.
Selain itu, data yang dirilis hari ini menunjukkan data produk domestik bruto (PDB) final AS pada kuartal IV-2022 tumbuh sebesar 2,6%, lebih rendah dari rilis sebelumnya 2,7%.
Di kuartal I-2023, pertumbuhan ekonomi AS diprediksi masih akan berakselereasi. Berdasarkan data GDPNow milik Fed Atlanta, PDB Negeri Paman Sam diprediksi tumbuh 3,2%.
Kuatnya perekonomian AS sebenarnya memberikan kebingungan di pasar. Dalam kondisi normal, hal tersebut bagus, tetapi saat "berperang" melawan inflasi tinggi akan menjadi buruk.
Inflasi tinggi akan susah turun saat PDB tumbuh tinggi. Namun, dengan The Fed diprediksi tidak akan agresif lagi menaikkan suku bunga, bahkan banyak yang melihat tidak akan dinaikkan lagi, harapan AS lolos dari resesi semakin besar, meski masih menyisakan pertanyaan apakah inflasi bisa turun atau masih tetap bandel.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
IHSG Loyo Lagi, 4 Saham Big Cap Ini Jadi Pemberatnya
(chd/chd)