
5 Saham Big Cap Ini Jadi Biang Kerok IHSG Loyo

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada perdagangan sesi I Senin (27/3/2023), di mana sentimen krisis perbankan global kembali muncul.
Per pukul 11:01 WIB, IHSG melemah 0,46% ke posisi 6.731,22. Meski melemah, tetapi IHSG masih bertahan di level psikologis 6.700.
Terpantau ada lima saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) menjadi pemberat laju pergerakan indeks pada perdagangan sesi I hari ini.
Berikut saham-saham yang menjadi pemberat (laggard) IHSG hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Mandiri | BMRI | -27,13 | 10.325 | -5,28% |
Bank Central Asia | BBCA | -5,31 | 8.750 | -0,85% |
GoTo Gojek Tokopedia | GOTO | -3,77 | 113 | -1,74% |
Astra International | ASII | -3,49 | 5.900 | -0,84% |
Sumber Alfaria Trijaya | AMRT | -2,89 | 2.870 | -2,05% |
Bayan Resources | BYAN | -2,88 | 19.350 | -0,51% |
Sumber: Refinitiv & RTI
Dua saham bank raksasa terpantau terkoreksi dan membebani IHSG pada sesi I hari ini. Adapun kedua saham bank raksasa tersebut yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Saham BMRI membebani IHSG hingga 27,13 indeks poin.
Adapun saham BMRI terkoreksi parah karena pada hari ini merupakan periode ex date dividen tunai di pasar reguler dan pasar negosiasi. Hal ini karena investor mulai menjualnya sehingga koreksi saham pun tidak terhindarkan.
Sedangkan saham BBCA membebani IHSG sebesar 5,31 indeks poin.
IHSG cenderung masih akan mengalami fluktuasi di awal pekan ini, akibat gonjang-ganjing yang melanda sektor perbankan yang memberikan sentimen negatif.
Namun, ada juga dampak bagusnya, yaitu pasar kini melihat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tidak akan menaikkan suku bunga lagi dan bahkan banyak yang memprediksi suku bunga akan dipangkas pada Juli nanti.
Hal tersebut tercermin dari perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat ada probabilitas sebesar 54% The Fed akan memangkas suku bunganya 25 basis poin menjadi 4,5% - 4,75%. Pasar pun menyambut dengan optimisme yang besar, ada harapan Amerika Serikat tidak akan mengalami resesi alias soft landing.
Namun, pelaku pasar masih was-was terhadap stabilitas finansial setelah kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) dan dua bank lainnya di Amerika Serikat.
Gonjang-ganjing tersebut akhirnya merembet ke Eropa, Credit Suisse nyaris kolaps. Bahkan, bank di Jerman yakni Deutsche Bank AG juga tak luput tertular dari krisis SVB.
Hal ini membuat Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) menduga bahwa risiko stabilitas finansial semakin meningkat dan meminta semua negara terus waspada.
Meski demikian, langkah yang diambil otoritas di negara-negara maju mampu membuat pasar sedikit lebih tenang.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article GOTO & Dua Saham Ini Bikin IHSG Sulit Tembus 1%
