Market Commentary

Berkat 4 Saham Big Cap Ini, Koreksi IHSG Tidak Parah

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Kamis, 30/03/2023 13:57 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi II Kamis (30/3/2023) terpantau kembali melanjutkan pelemahannya, meski koreksinya sudah cenderung terpangkas.

Per pukul 13:38 WIB, IHSG melemah 0,19% ke posisi 6.826,15. Meski terkoreksi, tetapi IHSG masih cenderung bertahan di level psikologis 6.800.

Setidaknya ada empat saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) yang menjadi penahan koreksi IHSG agar tidak terlalu parah.


Berikut saham-saham yang membantu IHSG menguat.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
Bayan ResourcesBYAN18,3420.8004,52%
Bank Central AsiaBBCA3,598.8250,28%
Bank Negara IndonesiaBBNI2,379.3251,36%
Astra InternationalASII1,185.9750,42%

Sumber: Refinitiv & RTI

Saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi penahan koreksi terbesar IHSG pada sesi II hari ini, yakni hingga mencapai 18,34 indeks poin.

Selain itu, dua saham bank raksasa juga membantu agar koreksi IHSG tidak makin parah, yakni saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 3,59 indeks poin dan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar 2,37 indeks poin.

Terakhir, ada saham PT Astra International Tbk (ASII) yang juga dapat menahan agar koreksi IHSG terlalu dalam yakni sebesar 1,18 indeks poin.

Pada perdagangan sesi I hari ini, IHSG sempat melemah lebih dari 0,2%. Tetapi setelah sesi II dibuka, koreksi IHSG cenderung terpangkas.

Bangkitnya kembali saham perbankan global seharusnya menjadi sentimen positif bagi saham-saham perbankan di RI.

Hal ini menandakan bahwa krisis perbankan di Amerika Serikat (AS) sudah mulai mereda, meski beberapa investor masih khawatir dengan krisis sektor tersebut.

Para pelaku pasar melihat masa-masa buruk perbankan sudah berhasil dilewati.

Sebelumnya Presiden bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Minneapolis, Neel Kashkari dalam wawancaranya dengan CBS mengatakan para pejabat The Fed memantau dampak kejatuhan sektor perbankan "dengan seksama".

Ia juga menegaskan sistem perbankan saat ini resilien dan sehat, memiliki modal yang kuat dan likuiditas yang cukup memadai serta mendapat dukungan penuh dari The Fed dan regulator lainnya.

Meski demikian, Kashkari mengakui masih akan ada tekanan di sektor perbankan.

"Saya tidak mengatakan semua tekanan sudah hilang, saya memperkirakan proses ini memerlukan waktu beberapa saat. Tetapi secara fundamental. sistem perbankan sehat," kata Kashkari sebagaimana dilansir CNBC International.

Di lain sisi, investor cenderung wait and see menanti rilis data final dari pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal IV-2022 pada malam nanti waktu Indonesia.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat