Kena Tipu Nikel Rp8,66 T, Trafigura Mau Aturan LME Dirombak

Feri Sandria, CNBC Indonesia
Senin, 27/03/2023 11:45 WIB
Foto: Presiden Jokowi Resmikan Pabrik Smelter Nikel PT. GNI, Kab. Konawe, 27 Desember 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - CEO Trafigura, salah satu pedagang komoditas terbesar di dunia, telah memperingatkan bahwa harga acuan nikel global di London Metal Exchange (LME) tidak representatif dan memerlukan reformasi untuk mencerminkan peningkatan pesat pada pasar baterai.

Peringatan itu datang beberapa hari setelah LME mengatakan menemukan kantong batu, bukan nikel di salah satu gudangnya, menambah skandal baru bagi perdagangan nikel LME.


Kontrak LME adalah untuk nikel dengan kemurnian tinggi, yang secara kimia sangat berbeda dari nikel laterit yang semakin luas digunakan untuk aplikasi baterai. Nikel laterit belakangan telah mengalami lonjakan permintaan karena kepopuleran kendaraan listrik.

Jeremy Weir, sang CEO perusahaan perdagangan Swiss yang berbasis di Singapura, mengatakan kepada bahwa kontrak LME tidak cocok untuk tujuan industri nikel global.

"Pasar baterai sekarang adalah bagian terbesar dari industri ini, oleh karena itu kontrak LME tidak serta merta mencerminkan [struktur] yang mendasari sebagian besar industri ini," kata Jeremy, dilansir The Financial Times.

Dirinya menambahkan bahwa pedagang perlu memiliki kontrak yang mencerminkan bisnis yang mendasarinya, sehingga perlu ada pembaruan mengingat pasar nikel telah mengalami perubahan besar.

Komentar tersebut senda dengan apa yang telah diutarakan raksasa tambang BHP yang menyerukan perombakan tolok ukur nikel LME.

Pasar semakin diperumit dalam beberapa tahun terakhir oleh produsen nikel China di Indonesia yang telah membuat terobosan teknologi, menyebabkan menjamurnya berbagai bentuk logam yang tidak dapat dikirimkan karena tidak sesuai dengan kontrak LME.

LME dalam sebuah pernyataan mengakui perlu adanya perubahan struktural di pasar.

"Fokus kami saat ini adalah membangun kembali likuiditas dalam kontrak nikel [kemurnian tinggi] kelas 1 kami dan kami terus mencari cara untuk meningkatkan spesifikasi kontrak," katanya.

Trafigura bulan lalu mengajukan gugatan di pengadilan London dan mengaku menjadi korban penipuan nikel senilai US$ 577 juta (Rp 8,66 triliun) yang dilakukan oleh pengusaha India Prateek Gupta - salah satu skandal logam terbesar dalam beberapa tahun terakhir.

Trafigura mengatakan telah membeli kontainer yang diklaim berisi nikel yang kemudian diketahui tidak mengandung nikel, dengan beberapa kontainer diketahui berisi baja karbon.


(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Forum Industri Nikel Minta Kenaikan Tarif Royalti Dikaji Ulang