Banyak Sentimen Positif, Semoga Batu Bara Kembali Bertenaga

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara bangkit pada pekan lalu. Harga pasir hitam diperkirakan tetap berada dalam tren kenaikan pada pekan ini.
Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (24/3/2023), harga batu bara kontrak April di pasar ICE Newcastle ditutup menguat 5,02% ke posisi US$ 192,35 per ton. Harga tersebut adalah yang tertinggi sejak 13 Maret 2023.
Harga pasir hitam menguat selama empat hari beruntun sejak Selasa pekan lalu. Secara keseluruhan, harga batu bara melonjak 9,88% pada pekan lalu.
Penguatan tersebut sekaligus mengakhiri tren negatif batu bara yang melemah pada tiga pekan sebelumnya.
Batu bara diharapkan menguat pada pekan ini dengan ditopang sejumlah faktor positif. Di antaranya kebijakan China serta peningkatan permintaan dari Eropa.
Pemerintah Tiongkok akan memperpanjang kebijakan pajak istimewa serta melanjutkan implementasi tarif nol untuk batu bara impor sampai akhir tahun ini.
Kebijakan China ini diharapkan bisa ikut mendongkrak impor, terutama setelah Beijing membuka perbatasan serta mulai pulihnya aktivitas industri di negara tersebut.
Seperti diketahui, China memangkas tarif bea masuk batu bara impor batu bara impor menjadi nol pada April 2022. Pembebasan bea masuk dilakukan sejak April 2022 di tengah kekhawatiran keamanan energi domestik dan gangguan pasokan.
Tiongkok diterjang gelombang panas dan kekeringan hebat pada 2022 yang membuat penggunaan listrik melonjak. Di sisi lain, kekeringan membuat produksi listrik dari pembangkit listrik tenaga berkurang drastis.
China pun kemudian mengimpor batu bara secara besar-besaran.
Badan Kepabeanan China mencatat impor batu bara Tiongkok pada Januari-Februari 2023 menembus 60,64 juta ton. Jumlah tersebut melonjak 71% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (35,39 juta ton).
Peningkatan impor disebabkan oleh mulai meningkatnya utilitas serta dibukanya kembali impor dari Australia.
Pembelian terbesar, terutama datang dari Indonesia. Pengiriman batu bara dari Mongolia juga meningkat setelah pelonggaran kebijakan Covid-19.
Selain China, faktor positif lain diharapkan datang dari Eropa. Suhu di sejumlah wilayah Eropa diperkirakan akan lebih dingin pada pekan ini.
Di sisi lain, produsen batu bara Polandia JSW dilaporkan ditutup sementara akibatt adanya persoalan di KWK "Knurow-Szczyglowice" Knurow Section, Jumat ekan lalu.
Kecelakaan tersebut diperkirakan bisa memangkas produksi hingga 250.000 ton sehingga pasokan batu bara di Benua Biru bisa lebih ketat.
Pasokan batu bara di pelabuhan utama Eropa ARA (Amsterdam, Rotterdam, Antwerp) juga menurun dalam dua pekan beruntun. Pasokan saat ini berada di kisaran 5,3 juta ton.
Namun, analis pasar batu bara dan komoditas Toby Hassall serta Igor Malewicz menjelaskan naik tidaknya permintaan batu bara di Eropa akan sangat bergantung pada harga gas.
Batu bara adalah sumber energi alternatif bagi gas sehingga harganya saling mempengaruhi.
Harga batu bara juga naik mengikuti harga gas. Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) ambruk 4,84% sehari dan 4,11% sepekan menjadi 41,09 euro per mega-watt hour (MWh) pada Jumat pekan lalu.
"Jika harga gas masih bergerak di zona bearish maka harga batu bara akan tetap turun," tutur Hassal, dikutip dari Reuters.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[Gambas:Video CNBC]
Waduh! Harga Batu Bara Anjlok ke Level Sebelum Perang Ukraina
(mae/mae)