
IHSG Balik Arah Jadi Stagnan, 17 Saham Ini Sudah Sentuh ARB

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa saham terpantau ambles dan sudah menyentuh batas auto reject bawah (ARB) saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis pada perdagangan sesi I Selasa (14/3/2023).
Hingga pukul 11:30 WIB, IHSG naik tipis 0,01% ke posisi 6.642,69. Saat IHSG naik tipis, setidaknya ada 17 saham yang ambles dan sudah menyentuh ARB.
Berikut saham-saham yang ambles parah dan sudah menyentuh ARB pada perdagangan sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Pelangi Indah Canindo | PICO | 186 | -7,00% |
Nusa Konstruksi Enjiniring | DGIK | 107 | -6,96% |
Agro Yasa Lestari | AYLS | 67 | -6,94% |
Victoria Insurance | VINS | 94 | -6,93% |
Aman Agrindo | GULA | 296 | -6,92% |
Mahaka Radio Integra | MARI | 81 | -6,90% |
Dewi Shri Farmindo | DEWI | 324 | -6,90% |
Semacom Integrated | SEMA | 95 | -6,86% |
Wahana Inti Makmur | NASI | 68 | -6,85% |
Alumindo Light Metal Industry | ALMI | 218 | -6,84% |
Indocement Tunggal Prakarsa | INTP | 10.250 | -6,82% |
Makmur Berkah Amanda | AMAN | 615 | -6,82% |
Bintang Samudera Mandiri Lines | BSML | 274 | -6,80% |
Perdana Bangun Pusaka | KONI | 2610 | -6,79% |
Sunson Textile Manufacturer | SSTM | 620 | -6,77% |
Primarindo Asia Infrastructure | BIMA | 69 | -6,76% |
Tanah Laut | INDX | 152 | -6,75% |
Sumber: Refinitiv
Saham emiten produsen kemasan logam yakni PT Pelangi Indah Canindo Tbk (PICO) menjadi saham yang paling parah koreksinya pada sesi I hari ini yakni mencapai 7% ke posisi Rp 186/saham. Saham PICO juga sudah menyentuh ARB.
Berikutnya ada emiten konstruksi gedung yakni PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (DGIK) yang ambruk 6,96% ke Rp 107/saham.
Bahkan, saham emiten produsen semen yakni PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) juga masuk ke jajaran saham ARB pada sesi I hari ini, di mana saham INTP ambles 6,82% menjadi Rp 10.250/saham.
Belum diketahui alasan jelas ke-17 saham tersebut ambles dan menyentuh ARB. Tetapi, sebagian besar merupakan saham-saham berkapitalisasi pasar kecil, sehingga volatilitasnya terbilang cenderung tinggi.
Sebelumnya pada awal perdagangan sesi I hari ini, IHSG sempat melesat nyaris 1%. Tetapi selang beberapa menit setelah dibuka, penguatan IHSG cenderung terpangkas dan pada akhirnya hanya naik tipis di penutupan perdagangan sesi I.
IHSG cenderung mengikuti pergerakan bursa saham global. Hal ini terjadi karena kekhawatiran pasar mengenai krisis SVB dan Signature Bank mulai berkurang, dibarengi oleh aksi barian buying, dan melandainya inflasi AS pada Februari lalu.
Dari AS, Departemen Tenaga Kerja AS pada Selasa malam waktu Indonesia mengumumkan bahwa inflasi AS mencapai 0,4% (month-to-month/mtm) pada Februari 2023.
Inflasi melandai tipis dibandingkan pada Januari 2023 yang tercatat 0,5%.
Secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi menembus 6% pada bulan lalu atau melandai dibandingkan 6,4% pada Januari 2023. Inflasi pada Februari tahun ini adalah yang terendah sejak September 2021.
Inflasi akan menjadi pertimbangan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam menentukan kebijakan suku bunga pada 21-22 Maret mendatang.
Dengan inflasi yang melandai dan adanya krisis SVB, pelaku pasar kini meyakini jika The Fed tidak akan agresif lagi. The Fed diperkirakan hanya akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp).
Meski begitu, investor di dalam negeri cenderung masih wait and see jelang rilis data neraca perdagangan periode Februari 2023 dan keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI) pada Kamis besok.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Baru Sesi I, 15 Saham Ini Sudah ARB Aja