
Investor Nantikan Momentum IHSG Jelang Weekend Nih

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di 6.839,45 atau rebound 0,43% secara harian pada penutupan perdagangan Kamis (23/2/2023).
Kendati memantul ke atas, pada Kamis, ada lebih banyak saham yang melemah dibandingkan yang menguat, dengan volume yang tidak sebesar hari-hari sebelumnya
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 270 saham turun, 246 naik dan 198 lainnya stagnan.
Perdagangan menunjukkan nilai transaksi yang masih di bawah Rp10 triliun, yakni sekitar Rp 9,92 triliun. Volume perdagangan sebesar 14,86 miliar saham, di bawah rerata moving average volume 20 (16,09 miliar saham).
Asing malah melakukan jual bersih (net sell) Rp14,55 miliar di pasar reguler pada Kamis.
Pada Kamis, kinerja IHSG relatif konsisten di wilayah positif dari awal transaksi hingga penutupan. Dalam lima hari perdagangan, koreksi masih besar yakni 0,82%. Dengan begitu, IHSG belum menorehkan kinerja positif mingguan. Secara year to date (ytd) IHSG melemah 0,16%.
Berdasarkan data Refinitiv, tujuh dari sepuluh sektor positif. Sektor teknologi menjadi yang paling menguntungkan indeks dengan kenaikan sebesar 1,59%. Sementara itu, sektor barang pokok dan konsumen primer menjadi sentimen negatif turun 0,5%.
Kenaikan IHSG hari ini tak bisa dilepaskan dari saham-saham dengan kapitalisasi jumbo dengan kinerja harian yang bergairah. Lima diantaranya termasuk Telkom Indonesia mengangkat indeks paling tinggi sebesar 13,40 indeks poin disusul Bank Rakyat Indonesia sebesar 4,94 indeks.
Berikutnya Bank Central Asia dan Bank Mandiri secara bersamaan mendukung IHSG 3,5 indeks poin. Terakhir, Saham Milik Orang Terkaya di Indonesia, Bayan Resources berkontribusi 2,42 indeks poin.
Investor pada Kamis sedang mencerna hasil notula rapat The Fed yang dirilis pada Kamis dini hari waktu Indonesia.
Dalam notula dijelaskan, pejabat The Fed menyatakan akan ada kenaikan suku bunga lebih lanjut, meski ada tanda-tanda inflasi turun. Beberapa anggota ingin kenaikan setengah poin untuk menurunkan inflasi ke target yang dicanangkan.
Inflasi masih di atas target 2% Fed dan kecepatan kenaikan suku bunga akan terus meningkat pada tiga pertemuan terakhir. Fed meningkatkan suku bunga 25 basis poin dan masih khawatir inflasi tetap menjadi ancaman.
Pasar khawatir jika Fed bergerak terlalu cepat atau jauh, bisa memicu resesi dan Wall Street merosot.
Sementara itu, malam nanti rilis klaim awal pengangguran AS patut ditunggu karena menjadi memiliki pengaruh terhadap kenaikan suku bunga.
Diperkirakan data klaim awal pengangguran pada pekan kemarin sebesar 200.000. Jumlah tersebut naik dari posisi sebelumnya, yakni 194.000.
kompak turun setelah rilis notula rapat bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve/The Fed memberikan sinyal akan ada kenaikan suku bunga demi menurunkan inflasi.
Risalah pertemuan The Fed menunjukkan inflasi tetap "jauh di atas" target bank sentral 2%, menambahkan bahwa pasar tenaga kerja masih "sangat ketat, berkontribusi terhadap tekanan kenaikan terus pada upah dan harga."
Hari ini, investor akan melihat pergerakan bursa AS yang terus dibayangi sikap 'galak' The Fed dan beberapa data ekonomi lainnya. Sebut saja, laju inflasi Jepang hingga keyakinan konsumen Britania Raya.
Tidak ketinggalan, investor juga akan menyimak indeks belanja konsumsi perorangan (Personal Consumption Expenditures/PCE)dan PCE inti AS bulanan (mom) per Januari 2023.
PCE inti mom diproyeksikan akan di angka 0,3%, sama seperti bulan sebelumnya.
Indeks PCE inti merupakan salah satu indikator inflasi yang mengukur perubahan harga barang dan jasa yang dibeli konsumen, tetapi mengeluarkan harga makanan yang volatil dan harga energi.
Analisis Teknikal
![]() Teknikal |
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) dan menggunakan indikator Bollinger Band (BB) untuk mencari resistance dan support terdekat. Digunakan pula indikator Fibonacci Retracement untuk menemukan support dan resistance selanjutnya.
Pada Kamis, IHSG berhasil rebound setelah menyentuh pita bawah BB (6.822), kendati tidak disertai volume yang tinggi.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Posisi RSI juga ditutup naik di angka 46,83, terbilang netral untuk melihat arah IHSG ke depan.
Sedangkan, dilihat dari indikator lain yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD berada semakin menjauh ke bawah sinyal usai membentuk dead cross beberapa hari lalu.
Histogram MACD juga masih berada di area negatif seiring MACD di bawah garis sinyal.
Ini menunjukkan, IHSG masih belum memiliki momentum yang kuat usai terkoreksi 3 hari beruntun.
Mengingat indeks bergerak volatil akhir-akhir ini, dan minimnya dorongan asing, IHSG berpeluang bergerak mixed dan menguji resistance terdekat berupa area Fibonacci 61,8% (6.887) sebelum menentukan arah selanjutnya. Support terdekat di level psikologis 6.800.
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat