
Waspadai Gerak Liar Big Cap, IHSG Belum Aman Sesi 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di 6.816,58 atau naik tipis 0,10% secara harian pada perdagangan sesi I hari ini (23/2/2023).
Sejak dibuka IHSG cenderung bergerak di wilayah positif dan bahkan menyentuh level tertinggi di 6.737,26, sebelum penguatan terkikis jelang penutupan sesi I.
Perdagangan menunjukkan sebanyak 252 saham turun, hanya 228 saham naik dan 213 lainnya tidak berubah.
Hingga tengah hari, volume perdagangan sebanyak 8,55 miliar saham dan berpindah tangan sebanyak 580 ribu kali serta nilai transaksi sekitar Rp 5,32 triliun.
Mayoritas saham blue chip menguat. Saham Adaro Energy menguat 2,46% disusul Telkom Indonesia menguat 2,07%. Selain itu, Barito Pacific juga terpantau naik 1,65%, United tractors naik 1,13% dan Pabrik Kerta Tjiwi naik 1,07%.
Investor hari ini sedang mencerna hasil notula rapat The Fed yang dirilis pada Kamis dini hari waktu Indonesia.
Dalam notula dijelaskan, pejabat The Fed menyatakan akan ada kenaikan suku bunga lebih lanjut, meski ada tanda-tanda inflasi turun. Beberapa anggota ingin kenaikan setengah poin untuk menurunkan inflasi ke target yang dicanangkan.
Inflasi masih di atas target 2% Fed dan kecepatan kenaikan suku bunga akan terus meningkat pada tiga pertemuan terakhir. Fed meningkatkan suku bunga 25 basis poin dan masih khawatir inflasi tetap menjadi ancaman.
Pasar khawatir jika Fed bergerak terlalu cepat atau jauh, bisa memicu resesi dan Wall Street merosot.
Sementara itu, malam nanti rilis klaim awal pengangguran AS patut ditunggu karena menjadi memiliki pengaruh terhadap kenaikan suku bunga.
Diperkirakan data klaim awal pengangguran pada pekan kemarin sebesar 200.000. Jumlah tersebut naik dari posisi sebelumnya, yakni 194.000.
kompak turun setelah rilis notula rapat bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve/The Fed memberikan sinyal akan ada kenaikan suku bunga demi menurunkan inflasi.
Risalah pertemuan The Fed menunjukkan inflasi tetap "jauh di atas" target bank sentral 2%, menambahkan bahwa pasar tenaga kerja masih "sangat ketat, berkontribusi terhadap tekanan kenaikan terus pada upah dan harga."
Analisis Teknikal
![]() Teknikal |
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu jam (hourly) dan menggunakan indikator Fibonacci Retracement untuk menemukan support dan resistance terdekat.
Kendati rebound, IHSG masih galau sepanjang sesi I.
Dibuka dengan candle doji hijau, IHSG kemudian membentuk dua candle merah yang salah satunya juga berbentuk doji. Doji menunjukkan investor ragu-ragu.
Usai anjlok 0,92% kemarin, konsolidasi (rectangle pattern) IHSG sejak 24 Januari 2023 pun, setelah ada tren penguatan sejak 12 Januari, turut koyak.
Melihat hal tersebut, IHSG berpeluang menguji support terdekat berupa area Fibonacci 23,6% (6.814) sebelum menentukan arah selanjutnya.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Posisi RSI juga turun tipis sepanjang sesi I ke 38,39.
Sedangkan, dilihat dari indikator lain yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MA 12 berada di bawah MA26 dengan kecenderungan mulai menyempit satu sama lain.
Melihat volatilitas big cap pemberat sepanjang paruh pertama perdagangan, seperti GOTO, BBNI, ASII, ARTO, hingga BMRI dan UNVR, dan melihat sejumlah indikator di atas, IHSG masih akan bergerak mixed dan menguji support terdekat 6.813 dan level psikologis 6.800 pada sesi II nanti.
Level resistance terdekat ada di area Fibonacci 38,2%, yakni di 6.835.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat