BRI Naikan Pencadangan dengan NPL Coverage 305,73%

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
23 February 2023 14:58
BRI
Foto: Dok BRI

Jakarta, CNBC Indonesia-PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) TbkĀ atau BRI terus memperkuat pencadangan sebagai langkah antisipasi dan mitigasi risiko menghadapi tantangan ekonomi ke depan.

BRI menyiapkan pencadangan yang cukup besar dengan NPL Coverage sebesar 305,73%. Angka ini meningkat dibandingkan dengan NPL Coverage di akhir tahun 2021 yang sebesar 281,16%.

Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto mengungkapkan kemampuan perseroan dalam membukukan kinerja cemerlang di 2022 harus diimbangi dengan pengelolaan risiko bisnis yang prudent.

Oleh karena itu menurutnya, top management perseroan selalu mengambil langkah strategis dengan menyiapkan pencadangan yang memadai.

"Rasio pencadangan itu sangat memadai. Kami memiliki alasan kuat untuk menaikkan pencadangan tersebut. Ini sebagai langkah antisipatif dan upaya mitigasi risiko menghadapi tantangan ekonomi tahun ini seperti ketidakpastian perekonomian global, kenaikan inflasi, suku bunga yang naik, serta potensi perlambatan ekonomi," ujarnyadalam keterangan tertulis, Kamis (23/2/2023).

Seperti diketahui BRI telah mencatat kinerja keuangan yang impresif pada 2022 dengan pertumbuhan laba mencapai 67,15% secara tahunan (yoy) menjadi sebesar Rp 51,4 triliun.

Dia menjelaskan, keberhasilan BRI mencatatkan kinerja gemilang tidak terlepas dari manajemen risiko yang prudent. Hal ini tercermin dari dari rasio NPL BRI secara konsolidasian yang manageable di level 2,67%.

Sementara itu, kualitas kredit dan pencadangan yang memadai tersebut juga diiringi dengan pertumbuhan kredit yang positif dengan total kredit dan pembiayaan BRI Group tercatat mencapai Rp 1.139,08 triliun pada akhir Desember 2022. Dimana secara khusus portofolio kredit Mikro BRI tumbuh double digit sebesar 13,9% yoy.

Kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit dan pembiayaan juga didukung dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat. Hal ini terlihat dari rasio LDR secara konsolidasian yang terjaga di level 87,09% dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 25,54%.

Lebih lanjut, menurut Agus,dari data perseroan sejak 2019, BRI selalu meningkatkan dana pencadangan. Pada tahun tersebut BRI menyiapkan pencadangan sebesar 166,59%dantahun berikutnya pada saat pandemi pencadangan BRI naik pesat menjadi 247,98%.

"Upaya mitigasi risiko menjadi komitmen perseroan untuk menjaga bisnis yang sehat dan berkelanjutan. Ini merupakan salah satu value dari kami untuk stakeholders sehingga trust dari seluruh stakeholders dapat selalu kami jaga dengan bukti yang tercermin dari kinerja secara menyeluruh," lanjutnya.

Terpisah, Pengamat Perbankan Lando Simatupang mengemukakan pendapat senada. Lando mengatakan kebijakan pencadangan adalah upaya bank memitigasi atas segala potensi eksternal.

"Dengan pembentukan cadangan yang cenderung tinggi, ini bentuk mitigasi bank atas potensi resesi global yang akan mempengaruhi domestik," katanya.

Lando yang pernah menjabat sebagai Kepala Riset Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) ini menilai pada 2023 bank berpotensi kembali mempertebal pencadangan. Akan tetapi bila Indonesia dapat mengatasi gejala resesi global dengan baik, hal itu tidak perlu dilakukan.

"Misal ekspor komoditas masih bertumbuh, maka industri perbankan bisa jadi masih bisa tumbuh dan membukukan pertumbuhan laba," ujarnya.

Sebagai informasi,Indonesia diproyeksikan mampu menghadapi tantangan ekonomi global. Hal ini terlihat dari optimisme berbagai pihak.

Berdasarkan riset, tahun inikemungkinan resesi Indonesia sangat tipis,hanya sekitar 3%. Bank Indonesia juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional berada di kisaran 4,5%-5,3% pada 2023, sementara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan kredit perbankan tahun ini tumbuh sekitar 10%-12%, yang didukung oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sekitar 7%-9%.


(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Top! BRI Cetak Laba Bersih Rp 60,4 Triliun di 2023

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular