
Parah, 10 Saham Big Cap Jumbo Loyo & Bebani IHSG

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau sudah terkoreksi hingga 0,8% pada perdagangan sesi II Rabu (15/2/2023), di mana investor cenderung wait and see jelang pengumuman suku bunga Bank Indonesia (BI) besok.
Hingga pukul 14:18 WIB, IHSG melemah 0,83% ke posisi 6.884,25. IHSG kembali diperdagangkan di level psikologis 6.800 pada hari ini.
Saat IHSG melemah, seluruh saham berkapitalisasi pasar 10 terbesar terkoreksi pada sesi II hari ini dan turut membebani IHSG.
Berikut pergerakan saham-saham big cap 10 besar pada perdagangan sesi II hari ini.
Emiten | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Mandiri | BMRI | 10.175 | -1,93% |
GoTo Gojek Tokopedia | GOTO | 117 | -1,68% |
Bank Central Asia | BBCA | 8.800 | -1,68% |
Bank Negara Indonesia | BBNI | 9.325 | -1,32% |
Astra International | ASII | 5.650 | -1,31% |
Bayan Resources | BYAN | 18.700 | -1,06% |
Unilever Indonesia | UNVR | 4.520 | -0,88% |
Telkom Indonesia | TLKM | 3.770 | -0,79% |
Chandra Asri Petrochemical | TPIA | 2.320 | -0,43% |
Bank Rakyat Indonesia | BBRI | 4.850 | -0,41% |
Sumber: RTI
Saham emiten perbankan dengan kapitalisasi pasar terbesar keempat di bursa yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) memimpin koreksi saham big cap top 10 hari ini, di mana saham BMRI ambles 1,93% ke posisi harga Rp 10.175/unit.
Berikutnya ada saham teknologi super apps yakni PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang ambrol 1,68% menjadi Rp 117/unit.
Terakhir, ada saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang melemah 0,41% menjadi Rp 4.850/unit pada perdagangan sesi II hari ini.
Inflasi di AS menjadi penyebab pasar kembali pesimistis. Pada Januari lalu, inflasi dilaporkan tumbuh 6,4% (year-on-year/yoy), turun dari bulan sebelumnya 6,5%. Tetapi, rilis tersebut lebih tinggi dari ekspektasi 6,2% (yoy).
Artinya, inflasi di AS masih sulit untuk turun. Pasar melihat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan kembali agresif menaikkan suku bunga acuannya.
Sebelumnya, pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga satu kali lagi pada Maret. Data terbaru dari perangkat FedWatch milik CME Group menunjukkan pasar melihat Jerome Powell dkk akan menaikkan suku bunga 3 kali lagi hingga menjadi 5,25% - 5,5%.
Artinya, ekspektasi tersebut lebih tinggi dari proyeksi The Fed 5% - 5,25%. Bukan tanpa alasan, Powell yang merupakan ketua The Fed sebelumya menyatakan suku bunga bisa lebih tinggi dari proyeksi jika inflasi kembali naik.
"Kenyataannya kami bertindak berdasarkan data. Jadi jika kita terus melihat data, misalnya pasar tenaga kerja yang kuat atau inflasi yang kembali meninggi, itu akan membuat kami kembali menaikkan suku bunga dan bisa saja lebih tinggi dari yang diprediksi sebelumnya," ujar Powell, sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (8/2/2023).
Sementara itu BI akan mengumumkan kebijakan moneter Kamis besok, sehingga investor cenderung wait and see pada hari ini.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia terbelah antara yang memproyeksikan kenaikan suku bunga acuan dan yang memperkirakan bank sentral akan menahan suku bunga acuan. Namun, mayoritas melihat BI tidak akan lagi mengerek suku bunga.
Dari 12 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, 10 lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan menahan suku bunga di level 5,75%.
Dua institusi memperkirakan BI akan mengerek BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI-7DRR) sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 6,00%.
Dengan adanya risiko The Fed menaikkan suku bunga lebih tinggi, maka proyeksi terbaru dari BI akan sangat dinanti pelaku pasar.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)