Daya Magis Menghilang, Harga Batu Bara Ambruk 5% dalam 2 Hari
Jakarta, CNBC - Harga batu bara belum juga membaik. Pada perdagangan Selasa (14/2/2023), harga batu kontrak Maret di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 194,5 per ton. Harganya turun 2,14% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.
Pelemahan ini membawa harga batu bara bergerak di bawah level US$ 200 per ton seperti awal Februari 2022 atau sebelum perang Rusia-Ukraina.
Pelemahan ini juga memperpanjang tren negatif batu bara yang juga melemah pada hari sebelumnya. Dalam dua hari terakhir harga batu bara terjun 5,6%.
Terus melandainya harga batu bara ini berbanding terbalik dengan cerita tahun lalu di mana pasir hitam terus menjadi buruan. Larangan ekspor dari Indonesia, perang, hingga krisis listrik di India dan China membuat batu bara bangkit dan terbang pada 2022.
Harga batu bara bahkan memecahkan rekor dua kali pada tahun lalu.
Sejalan dengan kembali meredanya kekhawatiran pasar mengenai pasokan dan tidak terbuktinya krisis energi di Eropa pada musim dingin ini, daya magis batu bara pun hilang.
Harga batu bara terus melandai sejalan dengan makin lemahnya permintaan baik dari Asia ataupun Eropa.
China yang semula diharapkan bisa menopang harga batu bara ternyata belum menunjukkan kenaikan permintaan.
Analis Kpler memperkirakan impor batu bara thermal China pada Februari 2023 mencapai 13,41 juta ton, turun 43,7% dibandingkan pada Januari 2023 yang tercatat 23,81 juta ton.
Permintaan batu bara dari Eropa juga diperkirakan terus melandai. Kpler memperkirakan impor batu bara pada Februari 2023 mencapai 6,61 juta ton.
Jumlah tersebut turun dibandingkan 8,16 juta ton pada Januari 2023 ataupun 8,75 juta ton pada Desember 2022.
Selain ekonomi yang belum pulih sepenuhnya, melemahnya permintaan China disebabkan oleh tingginya produksi listrik energi baru terbarukan.
Produksi listrik dari pembangkit angina dan tenaga surya di China melonjak 21% ke 1.190 terawatt-hours (TWh) pada 2022. Padahal, konsumsi listrik rumah tangga China hanya naik 14% menjadi 1.340 TWh pada tahun lalu.
Kenaikan produksi listrik tenaga angin juga naik di Eropa sementara permintaan justru melandai.
Jerman memperkirakan produksi listrik tenaga angina mereka naik 2,9 gigawatts (GW) pada tengah pekan ini menjadi 6,5 GW. Produksi listrik tenaga angina di Prancis naik 1 GW.
Kondisi ini membuat harga gas terus tertekan yang pada akhirnya berimbas kepada harga batu bara. Kendati kemarin naik 1,31%, harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) dalam sepekan terakhir masih jatuh 5,5%.
Suhu di Eropa yang akan lebih hangat juga membuat permintaan sumber energi seperti batu bara turun. Pasalnya, penggunaan penghangat ruangan dan listrik tidak sekencang jika suhu dingin.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(mae/mae)