
Maaf China Belum Banyak Bantu, Harga Batu Bara Ambruk 3,5%

Jakarta, CNBC - Harga batu bara kembali turun tajam setelah membaik pada akhir pekan lalu. Pada perdagangan Senin (13/2/2023), harga batu kontrak Maret di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 198,75 per ton. Harganya ambruk 3,52% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.
Pelemahan ini menyeret harga batu bara kembali ke bawah level US$ 200 per ton. Pelemahan ini juga menjadi pembalikan arah bagi penguatan sebesar 7,6% pada Jumat akhir pekan lalu.
Sebagai catatan, harga batu bara tidak pernah menyentuh level di bawah US$ 200 per ton sejak perang Rusia-Ukraina meletus pada akhir Februari 2022.
Namun, pelemahan harga yang terus menerus membuat harga pasir hitam terpelanting dan bergerak di bawah US$ 200 per ton pada Kamis pekan lalu dan Senin kemarin.
Kembali melandainya harga batu bara dipicu oleh masih lemahnya permintaan, terutama dari China. Padahal, Tiongkok semula diharapkan bisa menjadi motor penggerak harga batu bara setelah mereka melonggarkan kebijakan Covid-19 serta membuka perbatasan internasional.
Permintaan dari Eropa juga masih landai sejalan dengan akan berakhirnya musim dingin di benua tersebut.
Analis Kpler memperkirakan impor batu bara thermal pada Februari 2023 mencapai 13,41 juta ton, turun 43,7% dibandingkan pada Januari 2023 yang tercatat 23,81 juta ton.
"Permintaan impor dari China pada Februari sepertinya juga masih akan di bawah dua bulan sebelumnya," tutur analis Reuters Clyde Russell, dikutip dari Reuters.
Dia menambahkan musim dingin yang lebih hangat dan besarnya produksi domestik membuat permintaan impor dari China terbatas.
"Kondisi ini menekan harga batu bara, khususnya batu bara dengan grade batu bara Indonesia," imbuhnya.
Batu bara thermal Indonesia mayoritas memiliki kalori rendah yakni 4.200 kcal/kg. Harganya turun menjadi US$ 71,69 per ton pada 10 Februari 2023, terendah sejak Januari 2022.
Batu bara ini banyak diminati utilitas China untuk dicampur dengan batu bara dengan kalori lebih tinggi. Permintaan batu bara kokas dari pelaku industri besi baja hingga konstruksi Tiongkok juga masih rendah sehingga harganya sulit merangkak naik.
Permintaan batu bara dari Eropa juga diperkirakan terus melandai. Kpler memperkirakan impor batu bara pada Februari 2023 mencapai 6,61 juta ton.
Jumlah tersebut turun dibandingkan 8,16 juta ton pada Januari 2023 ataupun 8,75 juta ton pada Desember 2022.
Melandainya harga gas dan memadainya pasokan gas juga membuat harga batu bara ikut terseret.
Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) jatuh 4,2% ke posisi 51,71 euro per mega-watt hour (MWh) pada perdagangan kemarin. Harga tersebut adalah yang terendah sejak Agustus 2021.
Sementara itu, pasokan gas di Eropa rata-rata berada di angka 69%.
Batu bara adalah sumber energi alternatif bagi gas sehingga harganya saling mempengaruhi. Permintaan gas diperkirakan masih akan turun karena suhu di Eropa lebih hangat dibandingkan rata-rata tahunannya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Harga Batu Bara Terjun Bebas, Sinyal Bearish?