Seng Ada Lawan! OJK Optimistis Industri Keuangan Kuat di 2023

Khoirul Anam & Zevanya Aprilia, CNBC Indonesia
Senin, 06/02/2023 15:22 WIB
Foto: Mahendra Siregar dalam acara pertemuan tahunan Industri Jasa Keuangan 2023. (Tangkapan layar youtube OJK 2023)

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis industri keuangan mampu menghadapi berbagai tantangan di 2023. Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengungkapkan bahwa pemulihan ekonomi nasional selama 2022 akan berlanjut dan turut mempengaruhi tren positif kinerja sektor keuangan di 2023.

"Peningkatan aktivitas perekonomian domestik dari sisi konsumsi dan investasi telah menjadi penopang pertumbuhan. Hal itu diperkuat oleh pengumuman pemerintah mengakhiri tanggap darurat pandemi, yang akan menjadi modalitas utama bagi pertumbuhan tahun ini," ungkap dia dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2023, Senin (6/2/2023).

Mahendra menjelaskan sebagian besar risiko transmisi perlambatan pertumbuhan ekonomi global , sudah dipahami dan dapat dimitigasi dengan tepat. Termasuk dampak penurunan harga komoditas, penurunan permintaan ekspor dan pengetatan likuiditas global.


Di samping itu, konsumsi domestik yang menjadi menjadi salah satu pendorong perekonomian akan semakin meningkat pada siklus politik lima tahunan. Menurut dia, periode pemilu akan berdampak pada pertumbuhan sektor ekonomi, seperti makanan hasil pertanian, mesin dan transportasi, industri tekstil dan produk tekstil (TPT), kertas dan percetakan, serta makanan dan minuman olahan.

Diketahui tingginya optimisme terhadap industri keuangan tercermin dari kredit perbankan dan piutang pembiayaan tumbuh 11,4% dan 14,2%. Angka ini kata dia, lebih tinggi dari rata-rata 5 tahun sebelum pandemi sebesar 8,9% dan 4,4%.

Adapun berdasarkan hal itu, dia memproyeksikan kredit perbankan akan tumbuh sebesar 10% sampai 12%, didukung pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 7% sampai 9%. Sementara di Industri keuangan non bank (IKNB), piutang pembiayaan Perusahaan Pembiayaan diproyeksikan tumbuh 13% sampai 15%.

"Oleh karena itu, kami mengajak kita semua untuk tidak ragu-ragu terhadap penguatan perekonomian, stabilitas keuangan, serta perbaikan iklim dan kesempatan investasi di Indonesia. Investasi langsung maupun investasi portofolio dalam dan luar negeri terus meningkat," pungkas Mahendra.

Kemudian tingginya optimisme terhadap prospek perekonomian nasional tercermin dari perkembangan pasar modal yang mencatatkan penambahan 71 emiten tahun lalu, tertinggi sepanjang sejarah. Kredit perbankan dan piutang pembiayaan tumbuh 11,4% dan 14,2%, lebih tinggi dari rerata 5 tahun sebelum pandemi sebesar 8,9% dan 4,4%.

Sementara untuk asuransi dan reasuransi tercatat tumbuh sebesar 13,9% mencapai Rp 119 triliun.

"Stabilitas sektor keuangan tetap terjaga dan semakin kondusif. Ke depan, ruang pertumbuhan LJK masih terbuka lebar mengingat terjaganya profil risiko yang didukung kecukupan likuiditas dan permodalan, tercermin dari rasio NPL gross perbankan 2,4% dan rasio NPF Perusahaan Pembiayaan 2,3%," jelasnya.

Kondisi ini juga didukung oleh menurunnya 2022, kredit restrukturisasi Covid-19 perbankan turun signifikan menjadi sebesar Rp 469 triliun dari puncaknya sebesar Rp 830 triliun pada Oktober 2020. Coverage pencadangan pun meningkat menjadi 24,3% dari total kredit restrukturisasi.

"Sehingga dapat diartikan kita siap mengakhiri masa restrukturisasi pada akhir Maret 2023, kecuali untuk beberapa sektor padat karya yang akan diperpanjang hingga Maret 2024," kata dia.

Tingginya permodalan LJK juga memberikan bantalan menyerap risiko dan menunjang kebutuhan penyaluran pembiayaan. CAR perbankan 25,6%, sedangkan RBC industri asuransi umum dan asuransi jiwa 327% dan 484,2%. Gearing ratio perusahaan pembiayaan 2,1 kali.

Untuk tahun ini, Mahendra optimistis tren positif kinerja sektor keuangan akan berlanjut. Kredit perbankan diproyeksikan tumbuh sebesar 10% sampai 12%, didukung pertumbuhan Dana Pihak Ketiga sebesar 7- 9%. 19.Di pasar modal, nilai emisi ditargetkan sebesar Rp 200 triliun.

Untuk IKNB, piutang pembiayaan Perusahaan Pembiayaan diproyeksikan tumbuh 13% sampai 15%. Aset asuransi jiwa dan asuransi umum diperkirakan tumbuh sebesar 5% sampai 7% di tengah program reformasi yang dilakukan OJK. Aset Dana Pensiun diperkirakan juga tumbuh 5% sampai 7%.

 


(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:

Video: OJK Soroti Ketahanan Bisnis Asuransi, Pembiayaan & Dapen