
Harta Taipan Batu Bara RI Lenyap Rp136 T, Siapa Paling Boncos

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah melesat sepanjang tahun lalu, harga batu bara acuan global menukik tajam tahun ini. Sejak awal tahun harga komoditas ekspor unggulan RI ini telah anjlok 42% hingga perdagangan Jumat (3/2) pekan lalu yang ditutup di harga US$ 222,5 per ton.
Pelemahan ini sejalan dengan ekspektasi global, di mana dunia saat ini berada di penghujung musim dingin. Selain itu cuaca hangat Eropa yang pada akhirnya membuat cadangan batu bara banyak yang belum terpakai ikut menekan permintaan batu bara global.
Sebaliknya pembukaan ekonomi China secara lebih luas yang diharapkan mampu mengerek harga sumber bahan bakar fosil ini masih belum memberikan dampak yang berarti.
Ambrolnya harga batu bara ikut menyeret turun saham emiten batu bara yang sepanjang tahun ini mencatatkan return negatif. Emiten batu bara, besar kecil, nyaris seluruhnya mencatatkan kinerja saham negatif tahun ini, dipimpin oleh emiten milik Garibaldi 'Boy' Thohir dengan pelemahan terbesar.
Hingga akhir perdagangan pekan lalu, hanya ada empat dari 23 emiten batu bara yang mencatatkan kinerja positif. Secara agregat, sebanyak Rp 136,34 triliun kapitalisasi pasar emiten batu bara lenyap di bursa dan kini tersisa Rp 1.113 triliun.
Harta Taipan Batu Bara Menguap
Kinerja negatif sektor batu baru ikut membuat harta taipan terkaya RI bos batu bara turun signifikan tahun ini. Orang terkaya RI pemilik Bayan Resources (BYAN), Low Tuck Kwong, mendapati kekayaannya lenyap Rp 40,61 triliun sejak awal tahun karena kontraksi kinerja saham perusahaan.
Sepanjang tahun 2023, BYAN tercatat mengalami pelemahan 9,52% dengan kapitalisasi pasar berkurang Rp 66,63 triliun tahun ini. BYAN jyga tercatat sebagai emiten pemberat utama (laggard) kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun ini dengan kontribusinya setara dengan penurunan 38,30 indeks poin IHSG.
Sementara itu Adaro Energy Indonesia (ADRO) tercatat melemah 28,31% pada periode yang sama. Pelemahan ini membuat kapitalisasi pasar ADRO menciut Rp 34,90 triliun dan kini tersisa Rp 88,37 triliun.
Pelemahan ini ikut berdampak pada penurunan harta kekayaan kongsi pengusaha di balik Adaro, termasuk keluarga Boy Thohir, TP Rachtmat, Arini Subianto hingga Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno.
Harta kekayaan Boy Thohir dari kepemilikan langsung di ADRO tercatat lenyap 2,16 triliun tahun ini. Sementara itu, harta Edwin dan TP Rachmat dari kepemilikan langsung tercatat turun masing-masing Rp 1,15 triliun dan Rp 886 miliar.
Sementara itu lewat kongsi di Adaro Strategic Investment, sejumlah taipan yang telah disebutkan sebelumnya beserta keluarganya yang ikut menjadi pemegang saham hartanya secara kumulatif berkurang Rp 15,32 triliun.
Sementara itu, Indo Tambangraya Megah (ITMG) tercatat melemah 12,17% tahun ini, dengan kapitalisasi pasar tercatat lenyap hingga Rp 5,37 triliun. Turunnya harga saham ITMG ikut membuat harta taipan Thailand pemilik Grup Banpu yang merupakan pemegang saham utama terbesar ITMG ikut turun. Harta keluarga Somruedee Chaimongkol ditaksir berkurang hingga Rp 3,50 triliun akibat pelemahan saham ITMG tahun ini.
Hal yang sama juga ikut dirasakan oleh taipan batu bara lain yang hartanya secara mayoritas terikat pada kepemilikan saham. Taipan-taipan tersebut termasuk keluarga Ghan Djoe Hiang pemilik Grup Baramulti hingga Eddy Sugianto, pemilik Prima Andalan Mandiri (MCOL).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(fsd/fsd)