IPO Watch

IPO Hassana Boga (NAYZ) Mahal, Pikir Dua Kali Kalau Mau Beli

M Malik Haknuh, CNBC Indonesia
31 January 2023 16:20
Hasana Boga
Foto: hassana.co.id

Jakarta, CNBC Indonesia - Produsen makanan bayi dalam negeri, PT Hassana Boga Sejahtera Tbk (NAYZ) berencana menghimpun dana untuk berekspansi dengan menawarkan sejumlah saham.

Berdasarkan valuasi CNBC Indonesia Research menggunakan rasio harga terhadap kemampuan emiten mencetak laba (PER), yang dibandingkan dengan rata-rata PER sektornya yaitu segmen makanan dan minuman, bisa dibilang harga NAYZ yang ditawarkan cukup mahal.

Dari data yang diolah Tim Riset CNBC Indonesia, terlihat bahwa NAYZ memiliki PER yang cukup jumbo yaitu sebesar 497,8 kali.

PER tersebut jauh dari rata-rata PER sesama emiten di sektor nya menggunakan metode weighted average yang menghasilkan angka 117,49 kali.

Secara PER sektor konsumer non-siklikal cenderung memiliki PER yang tinggi, sejalan dengan sektornya yang tahan banting di kondisi ekonomi apapun, karena biasanya berisi saham-saham yang memproduksi produk kebutuhan primer.

Ticker

Sector

Market Cap

P/E

Weight

Cost of PE Valuatiion

NAYZ

Consumer Non Cyclical

306.00

497.8

20%

100.93

SKBM

Consumer Non Cyclical

636.67

9.4

42%

3.97

SRSN

Consumer Non Cyclical

307.02

53.4

20%

10.86

ITIC

Consumer Non Cyclical

259.63

10.08

17%

1.73

1,509.32

100%

117.49

Namun tak hanya itu, NAYZ juga divaluasi menggunakan rasio harga terhadap nilai buku nya (PBV).

Nilai PBV dibandingkan dengan PBV sesama sektornya, agar lebih mendukung apakah secara valuasi posisi harga NAYZ saat ini benar-benar di posisi mahal atau murah.

Ticker

Sector

Market Cap

P/B

Weight

Cost of P/B Valuatiion

NAYZ

Consumer Non Cyclical

306.0

4.3

18%

0.76

SKBM

Consumer Non Cyclical

636.7

0.7

36%

0.24

MOLI

Consumer Non Cyclical

542.1

0.4

31%

0.13

ITIC

Consumer Non Cyclical

259.6

0.8

15%

0.11

1,744.4

100%

1.24

Dengan rerata PBV sesama sektor di angka 1,24 kali, tentunya NAYZ dari segi PBV dihargai sangat mahal juga, sehingga secara valuasi saham NAYZ kurang layak dikoleksi saat ini. 

Terlebih, dengan risiko penurunan valuasi dari posisi valuasi yang cukup mahal serta NAYZ menghadapi pesaing kelas internasional di industri makanan bayi dalam pasar Indonesia. 

Di antaranya adalah Promina (Indofood Nutrition), Cerelac (Nestle), SUN (Indofood Nutrition), Milna (Kalbe), dan Nutricia (Danone).

Dengan posisi NAYZ yang cakupan wilayahnya masih di dalam negeri, akan menjadi tantangan khusus bagi perseroan untuk dapat melakukan penetrasi pangsa pasar lebih jauh.

Rencananya, NAYZ akan melego 510 juta saham atau sebanyak 20% dari total kepemilikan saham setelah penawaran umum.

Perseroan menawarkan harga IPO di kisaran Rp 100 hingga Rp 120 per saham. Sehingga estimasi dana yang terhimpun dari IPO kali ini sebanyak-banyaknya sebesar Rp 61,20 miliar.

Lebih lanjut, segmen bisnis perseroan yang didominasi oleh penjualan produk makanan bayi, sangat dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan kelahiran bayi.

Di sisi lain, Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa rata-rata kelahiran bayi di Indonesia per tahun hingga tahun 2020 adalah sekitar 4,7 juta kelahiran.

Jumlah kelahiran mengalami penurunan dari tahun ke tahun karena adanya program kesehatan dan keluarga berencana dari pemerintah dan menurunnya fertilitas di beberapa wilayah.

Survei online yang dilakukan oleh Teman Bumil dan Populix di tahun 2021 menunjukkan bahwa dari responden yang buah hatinya sedang memasuki masa MPASI (6-7 bulan), 83% memberikan MPASI sesuai rekomendasi WHO yakni tepat di usia 6 bulan.

Dari responden, hanya 11% yang memberikan MPASI di usia kurang dari 6 bulan dan 6% memberikan MPASI di atas usia 6 bulan. Survei tersebut juga menemukan bahwa sekitar 59% ibu memberikan MPASI buatan sendiri.

Dari sisi kinerja keuangan, walaupun penjualan perseroan meningkat yaitu naik 28% menjadi Rp 26,79 miliar pada kuartal tiga 2022, lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Namun, laba bersih perseroan justru turun 68% menjadi Rp 614,69 juta pada kuartal tiga 2022.

Laba turun disebabkan gencarnya perseroan melakukan ekspansi sehingga beban administrasi dan umum NAYZ mengalami kenaikan signifikan sebanyak 79% menjadi Rp 6,63 miliar, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 3,70 miliar.

Profitability Ratio

2020

2021

2022

Gross Profit Margin

41%

39%

48%

Net Profit Margin

7%

4%

2%

Hal berikut pun tercermin pada rasio profitabilitas perseroan seperti rasio laba kotor terhadap pendapatan yang meskipun besar cukup fluktuatif.

Kemudian diikuti rasio laba bersih terhadap pendapatan yang kecil serta masih dalam tren penurunan hingga data terakhir kuartal tiga tahun 2022.

Dengan tingkat PER ratusan kali dan posisi perseroan yang masih bahu-membahu bersaing dengan pesaing kelas internasionalnya. Ditambah juga dengan kinerja keuangan yang cenderung fluktuatif, di posisi harga yang sangat mahal saat ini, NAYZ masih harus dihindari.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

 

(mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation