CNBC Indonesia Research

Eropa Berulah, Durian Runtuh RI Merekah, Salim Cs Sumringah

Feri Sandria, CNBC Indonesia
17 January 2023 07:16
Petani Kelapa Sawit
Foto: Sulaeman (63) mendorong gerobak saat mengumpulkan tandan buah segar saat panen di sebuah perkebunan di Kabupaten Kampar di provinsi Riau, Indonesia, Selasa (26/4/2022). (REUTERS/Willy Kurniawan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Negeri Jiran, produsen minyak kelapa sawit terbesar kedua di dunia, akhir pekan lalu mengatakan akan menghentikan ekspor kelapa sawit ke Uni Eropa setelah blok tersebut memberlakukan pembatasan impor tambahan pada minyak nabati.

Apabila terealisasi, langkah tersebut dapat berpotensi bagi peningkatan harga CPO global dan jika RI tidak memberlakukan embargo yang sama ke Uni Eropa sejumlah perusahaan dan taipan sawit dalam negeri ikut berpotensi menjadi pihak yang diuntungkan.

Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) tercatat menguat pada perdagangan pagi kemarin. Harga CPO di Bursa Malaysia Exchange di sesi awal perdagangan Senin (16/01/2023) pukul 09:50 WIB, naik 1,64% ke MYR 3.908 /ton.

Penguatan hari ini menjadi kabar baik di tengah lesunya harga CPO beberapa hari terakhir. Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (13/1/2023), harga CPO ditutup di posisi MYR 3.845 per ton.

Lalu, siapa saja pengusaha atau konglomerat bisnis yang menguasai sektor perkebunan sawit dan pengolahan CPO di Indonesia?

Grup Salim

Anthoni Salim yang merupakan salah satu taipan yang diuntungkan apabila harga CPO global menguat signifikan. Group Salim tercatat memiliki duo emiten kelompok usaha agribisnis yang bergerak di sektor kelapa sawit yakni PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dan PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) mampu mencatatkan kinerja yang cukup impresif.

Ivomas secara spesifik bergerak di segmen pemrosesan untuk peningkatan nilai tambah produk agribisnis dan pemasaran produk minyak goreng. Sementara emiten satunya lagi, LSIP, bergerak di industri perkebunan kelapa sawit dan karet.

Pada tahun 2021, kala harga CPO global mengalai reli kenaikan harga, kedua perusahaan tersebut mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba yang signifikan.

Akhir tahun lalu, Majalah Forbes menaksir kekayaan bersih Anthoni Salim mencapai US$ 7,5 dan menduduki peringkat ke-5, namun kekayaan bersihnya turun US$ 1 miliar dari tahun sebelumnya.

Grup Sinarmas

Grup Sinarmas, konglomerasi yang didirikan oleh mendiang Eka Tjipta Widjaja ini memiliki unit usaha agribisnis di bawah naungan Sinar Mas Agro Resources and Tech Tbk (SMAR). SMAR adalah salah satu perusahaan publik produk konsumen berbasis kelapa sawit yang terintegrasi dan terkemuka di Indonesia.

SMAR merupakan salah satu perusahaan dengan kelapa sawit utama dengan catatan pendapatan terbesar di antara emiten sawit Indonesia. Saat ini kapitalisasi pasar SMAR mencapai Rp 14,10 triliun.

Tahun lalu, kekayaan keluarga Widjaja yang mewarisi kerajaan bisnis Eka Tjipta Widjaja yang meninggal tahun 2019 silam ditaksir mencapai US$ 10,8 miliar, turun satu peringkat dan berada di posisi tiga di belakang duo Hartono dan raja batu bara Low Tuck Kwong. Meski demikian kekayaannya dari tahun sebelumnya tumbuh US$ 1,1 miliar.

Grup Astra

Konglomerasi Grup Astra diketahui memiliki gurita bisnis di berbagai sektor mulai dari otomotif, jasa keuangan hingga pertambangan dan energi. Astra juga ikut terjun dalam industri agribisnis khususnya kelapa sawit melalui PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).

Kapitalisasi pasar AALI tercatat Rp 15,40 triliun

Grup Sampoerna

Setelah melepas bisnis utamanya yakni produk turunan tembakau kepada Philip Morris, Grup Sampoerna masih memiliki bisnis utama lainnya yakni di sektor perkebunan. Tidak mau kehilangan pangsa pasar CPO yang cukup menjanjikan, konglomerasi bisnis ini hadir di industri sawit dalam negeri melalui PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) yang berlokasi di Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Riau.

Tahun lalu kekayaan Putra Sampoerna ditaksir mencapai US$ 1,7 miliar turun dari US$ 1,84 miliar setahun sebelumnya.

Grup Triputra

Triputra Group melalui PT. Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG)meramaikan kompetisi usaha agribisnis nasional. Meski memulai usaha di industri perkayuan pada tahun 1980 dan baru memulai ekspansi ke bisnis kelapa sawit secara resmi pada 1996, perusahaan ini telah berkembang dan menjadi pemain penting di dunia kelapa sawit Indonesia.

Selain itu konglomerat bisnis milik TP Rachmat ini juga memiliki emiten lain yang melantai di BEI yakni Triputra Agro Persada (TAPG).

Tahun lalu kekayaan TP Rachmat yang menduduki peringkat 16 orang terkaya RI meningkat menjadi US$ 3,3 miliar, naik dari US$ 2,84 miliar pada tahun sebelumnya.

Berikut beberapa nama taipan kelapa sawit utama RI Lainnya

Bachtiar Karim, ia dikenal lewat sepak terjangnya di Musim Mas Group, konglomerasi yang bergerak di lini bisnis utama minyak sawit atau CPO. Kekayaan bersihnya tahun lalu ditaksir mencapai US$ 4 miliar, naik dari tahun sebelumnya US$ 3,5 miliar. Meski demikian posisinya lengser dari 10 besar dan kini tahun lalu turun satu peringkat.

Musim Mas Group merupakan salah satu perusahaan minyak sawit terintegrasi terbesar di dunia dengan operasi yang mencakup seluruh rantai nilai di wilayah Amerika, Eropa, dan Asia.

Martua Sitorus, bisnisnya besar dari keikutsertaan membangun Wilmar, perusahaan kelapa sawit yang beroperasi luas di Indonesia dan melantai di bursa Singapura. Kekayaan bersihnya tahun lalu mencapai US$ 3,1 miliar, naik dari tahun sebelumnya US$ 2,85 miliar.

Peter Sondakh, ia memiliki bisnis kelapa sawit lewat PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT), kekayaan bersihnya tahun lalu mencapai US$ 1,9 miliar, turun dari tahun sebelumnya sebesar US$ 2,15 miliar.

Sukanto Tanoto, bisnisnya besar setelah membangun grup bisnis Royal Golden Eagle, kekayaan bersihnya tahun lalu mencapai US$ 2,9 miliar, naik dari catatan US$ 2,1 miliar tahun sebelumnya.

CIliandra Fangiono, bisnisnya berasal dari perkebunan kelapa sawit di Indonesia dengan perusahaan melantai di Singapura. Kekayaan bersihnya tahun lalu mencapai US$ 2,2 miliar, naik dari tahun sebelumnya yang berada di angka US$ 1,83 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular