Kecipratan Panasnya Harga Minyak Goreng, Emiten CPO Diam-Diam Pesta

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
30 July 2024 14:10
Palm oil woes.	(Reuters/Samsul Said)
Foto: REUTERS/Samsul Said

Jakarta, CNBC Indonesia - Diam-diam saham emiten sektor minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) sudah merangkak ke zona positif dan menunjukkan akumulasi pembalikan arah ke tren naik.

Dalam sebulan saham PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) terbilang yang bergerak paling atraktif, melonjak nyaris 16%. Saham CPO grup Astra, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) juga mengikuti dengan kenaikan 12,56%.

Lalu ada saham PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) menguat 11,11%, serta saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP), masing-masing menguat di kisaran 6%.

Sejumlah katalis menjadi pendongkrak kenaikan harga saham emiten CPO dalam sebulan terakhir ini setelah sekian lama terjerembab di tren penurunan. Salah satunya, adalah kenaikan harga minyak goreng.

Menurut data SP2KP-Sistem Pemantuan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan hingga 30 Juli 2024, harga rata-rata Minyakita di seluruh Indonesia sudah di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp14.000 untuk satu liter-nya.

CNBC Indonesia melihat hingga Juli hanya satu provinsi saja yang masih mencatat harga Minyakita di level HET, yakni di Sulawesi Barat. Sementara harga tertinggi di Maluku Utara mencapai Rp20.400 per liter.

Secara rata-rata dalam enam bulan terakhir, harga minyak goreng curah, minyak goreng kemasan premium, dan minyakita selalu mengalami peningkatan.

Peningkatan harga minyak goreng ini disinyalir karena fenomena cuaca La Nina yang semakin dekat potensi mengancam pasokan minyak kelapa sawit.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa fenomena La Nina akan terjadi di Indonesia pada periode Juli, Agustus, dan September 2024. Menurut BMKG, ada peluang 60% bahwa La Nina akan terjadi antara Juni hingga Agustus 2024, dan 70% kemungkinan terjadi antara Agustus dan November 2024.

Meski belum diketahui seberapa intens curah hujan yang akan terjadi ketika fenomena La Nina berlangsung, tetapi hal ini cenderung akan mengganggu pekerjaan lapangan saat panen kelapa sawit mencapai puncak.

Imbasnya ekspansi untuk penanaman kembali bisa tertunda, sementara pohon yang sudah tua tidak bisa panen maksimal, hal ini akan berujung pada pasokan tidak optimal. Hasilnya, harga jual akan terkerek naik lagi.

Sejumlah emiten yang sudah melaporkan kinerja sepanjang semester 1/2024 tercatat sudah mulai merefleksikan dari kondisi ini. TAPG salah satunya yang mencatat adanya kenaikan kinerja terdongkrak dari kenaikan harga jual rata-rata.

TAPG mencatat kenaikan ASP CPO hingga 7,3% secara tahunan (yoy) menjadi Rp12.221/kg. Alhasil, pendapatan pun terdongkrak naik 8,1% yoy menjadi Rp4,07 triliun, sehingga bottom line atau laba bersih ikut melonjak lebih dari 100% menjadi Rp971 miliar.

AALI juga mencetak kinerja positif yang sama, di mana top line dan bottom line kompak naik. Pendapatan tercatat naik 9,83% yoy menjadi Rp10,31 triliun, sementara laba bersih naik 26,64% yoy menjadi Rp501,04 miliar untuk periode sepanjang semester I/2024.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation