Menanti Kedatangan 'Sang Juru Selamat' IHSG, Bakal Mampir?

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
16 December 2022 12:20
Foto multiple exposure karyawan berswafoto di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022).  Jumlah investor pasar modal Indonesia bertambah signifikan dibandingkan 2021. Berdasarkan data KSEI per 3 November 2022, jumlah investor pasar modal yang mengacu pada Single Investor Identification (SID) telah mencapai 10.000.628 atau naik 33,53% dari 7.489.337 di akhir 2021. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Foto multiple exposure karyawan berswafoto di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Indonesia masih betah berada di zona merah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) makin menjauhi level 7.000 menjelang penutupan tahun 2022. Bahkan menjelang penutupan sesi I siang ini, IHSG berada di bawah level 6.750.

Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, pergerakan IHSG saat ini dipengaruhi oleh sentimen global yang penuh dengan tekanan dan ketidakpastian.

"Dari sejak awal bulan, situasi dan kondisi terasa kian tidak menentu, mulai dari tensi geopolitik yang semakin meningkat, potensi resesi yang meningkat sehingga menimbulkan kekhawatiran," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (16/12/2022).

Apalagi, saat ini para pelaku pasar juga masih dibayangi oleh tekanan tren kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed yang masih diprediksi mengalami kenaika

"Kekhawatiran akan kenaikkan tingkat suku bunga yang semakin menjulang," tuturnya.

Sementara, dari sisi dalam negeri juga ada kekhawatiran terhadap meningkatnya kasus Covid saat ini. Pelaku pasar mencemaskan hal tersebut lantaran dapat berpotensi memberikan dampak terhadap stabilitas pemulihan ekonomi.

Meskipun demikian, kata Maximilianus, data inflasi Amerika dirilis beberapa waktu lalu ternyata memberikan sebuah harapan baru yang Manael dapapt membuat tren kenaikan The Fed menjadi terbatas.

"Karena inflasi yang kian mengalami penurunan, bahkan turun lebih dalam dari yang diproyeksikan. Tentu hal ini memberikan sisi positive bagi pasar," sebutnya.

Selain itu, Maximilianus menambahkan, pihaknya berharap pada pekan menjalang akhir tahun 2022 ada angin segar dari window dressing karena semua data terkait kinerja para emiten keluar pekan ini yang menjadi satu-satunya harapan penutup tahun dengan cuan saham yang positif.

"Kita berharap bahwa minggu ini akan menjadi minggu awal dari window dressing. Karena data semua akan keluar pekan ini, dan di luar dari pada ini, mungkin tidak akan ada lagi harapan yang akan mendorong pasar untuk mengalami kenaikkan. Harapan pasti ada, meksipun tinggal masalah, harapannya banyak atau sedikit," pungkasnya.


(rob/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular