
China Bikin Dolar AS Nanjak Lagi, Rupiah Dkk Tersungkur...

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Nilai tukar rupiah terlibas dolar Amerika Serikat (AS) hingga pada pertengahan perdagangan Senin (28/11/2022). Protes di China kembali meningkatkan katalis negatif di pasar global, sehingga investor kembali memburu mata uang safe haven.
Mengacu pada data Refinitiv, pada pembukaan perdagangan rupiah terkoreksi tipis 0,1% ke Rp 15.685/US$. Sayangnya, rupiah melanjutkan pelemahannya 0,41% ke Rp 15.735/US$ pada pukul 11:00 WIB.
Hal tersebut terjadi sebab indeks dolar AS kembali menunjukkan tajinya hari ini setelah kebijakan zero Covid di China menimbulkan aksi protes dan merusak sentimen global, sehingga pasar investor kembali memburu mata uang safe haven. Maka dari itu, dolar AS kembali diuntungkan dengan adanya fenomena tersebut.
Pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS menguat 0,43% ke posisi 106,4.
"Itu adalah lapisan kekhawatiran baru di China yang perlu diawasi dengan ketat," kata Ahli Strategi Mata Uang di National Australia Bank Rodrigo Catril dikutip Reuters.
"Pastinya di awal minggu, itu akan mengatur nada, dan saya kira apa yang akan menjadi fokus juga, tidak hanya pengenaan pembatasan yang mungkin diberlakukan China, jika ada, tetapi juga tingkat penularannya," tambahnya.
Padahal, pekan lalu indeks dolar AS telah melemah hampir 1%, setelah rilis risalah pertemuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang berpotensi akan menurunkan keagresifannya dalam menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan selanjutnya.
Namun, bank-bank besar memprediksikan bahwa Fed akan menaikkan suku bunga acuan hingga Maret 2023 dan mengirim tingkat suku bunga menjadi 4,875%, jika mengacu pada survei yang dirilis oleh Fed New York pada Jumat (25/11).
Bank-bank tersebut disurvei pada Oktober 2022 lalu menjelang pertemuan Komite Pasar terbuka Federal (FOMC) pada 1-2 November 2022.
Sementara dari Tanah Air, banyaknya sentimen penggerak pasar pekan ini yang perlu dicermati oleh para pelaku pasar. Mulai dari pertemuan tahunan Bank Indonesia (BI) yang akan digelar pada Rabu (30/11).
Pertemuan yang dihadiri ratusan bankir dan pelaku industri keuangan tersebut memiliki dua agenda penting yakni mendengarkan pidato Presiden Joko Widodo, atau Jokowi, dan Gubernur BI Perry Warjiyo.
Presiden biasanya akan menyampaikan pernyataan dan pandangan ekonominya untuk tahun ini dan tahun depan. Menarik ditunggu apakah Presiden Jokowi akan menyampaikan pandangannya mengenai kebijakan moneter BI yang agresif.
Pada pertemuan tersebut, Gubernur BI juga akan menyampaikan sejumlah target dan sasaran BI untuk tahun depan mulai dari pertumbuhan ekonomi, kredit, hingga laju inflasi.
BI juga akan memaparkan agenda terpenting mereka untuk setahun ke depan, baik kebijakan moneter maupun prudensial mereka.
Pada Kamis (1/12/2022), Badan Pusat Statistik (BPS) juga akan merilis data inflasi untuk November 2022.
Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV November 2022, inflasi November diperkirakan mencapai 0,18% (month to month). Kondisi ini berbanding terbalik dengan deflasi 0,11% pada Oktober.
Di Asia, tidak hanya rupiah yang terkoreksi terhadap si greenback. Nyatanya, mayoritas mata uang juga melemah. Yuan China menjadi mata uang yang terkoreksi paling tajam sebesar 0,47% terhadap dolar AS. Disusul oleh rupiah dan baht Thailand yang masing-masing melemah sebesar 0,41% dan 0,34%.
Sementara yen Jepang dan ringgit Malaysia sukses menguat yang masing-masing sebesar 0,33%.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nasib Suku Bunga Fed Bisa Makin Jelas Besok, Rupiah KO Lagi?