IPO Review

Satu Lagi Perusahaan Tech Mau IPO, VENTENY... Layak Beli?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
24 November 2022 15:14
Libur Usai, Aturan Ganjil-Genap Mulai Berlaku di Protokol Ibu Kota
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Tantangan VENTENY tak kalah besar dari potensinya, terutama jika menengok kondisi serta prediksi ekonomi dunia.

Ekonomi dunia dikatakan akan menghadapi resesi pada 2023. Bahkan lebih parah, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan akan ada yang namanya resflasi yakni gabungan antara resesi dan inflasi.

"Ada risiko stagflasi, pertumbuhannya stuck turun namun inflasinya tinggi. Bahkan istilahnya adalah resflasi, risiko resesi dan tinggi inflasi," tutur Perry pada saat menghadiri Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR, (Senin, 21/22/2022).

Perry merujuk resflasi pada fenomena adanya resesi tetapi di sisi lain ada laju inflasi yang tinggi. Ujungnya adalah suku bunga yang tetap akan melambung.

Indonesia diprediksi tetap memiliki pertumbuhan ekonomi 5% pada 2023 tapi bukan berarti aman-aman saja. Inflasi yang semakin panas akan mendegradasi kemampuan belanja masyarakat.

Akibatnya minat untuk kredit pun berkurang apalagi di tengah kenaikan bahan pokok makanan yang juga masih terbilang tinggi. Saat sisi permintaan berkurang, bisnis perusahaan akan ikut terpengaruh. Sehingga langkah ekspansif perusahaan akan lebih direm.

Ini artinya kegiatan ekonomi akan menurun dan bisa berpengaruh terhadap distribusi layanan VENTENY terutama finansial.

Jika dibandingkan dengan lembaga keuangan, VENTENY adalah newcomer untuk layanan finansial baik bagi UMKM maupun individual. Sehingga barier masih tinggi karena harus melawan jaringan yang kuat yang sudah mengakar meskipun mungkin diuntungkan dari kenaikan suku bunga BI.

Misalnya saja dalam menjangkau sektor UMKM untuk bisnis B2B, VENTENY akan berhadapan dengan bank yang konsentrasi ke UMKM dan memiliki jaringan yang luas.

Menilik tren perusahaan teknologi, akuisisi calon konsumen akan memerlukan biaya yang besar untuk promosi dan marketing. Sehingga akan menggerus laba operasional VENTENY.

Hinga Juni 2022, VENTENY mencatatkan rugi operasional senilai Rp17,5 miliar, meningkat drastis dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp2,4 miliar.

Selain itu dari sisi pasar, pesimisme investor terhadap saham teknologi yang IPO di tengah tren kenaikan suku bunga acuan bank sentral juga bisa dicermati. Sebagai catatan, performa indeks sektor teknologi sepanjang 2022 telah turun 27,4% point-to-point (ptp).

Tantangan besar yang dihadapi VENTENY akan mempengaruhi keputusan investor untuk investasi jangka pendek karena tekanan ekonomi yang besar.

Jika mampu menjawab keraguan investor dengan berhasil mengoptimalkan peluang, VENTENY memiliki potensi yang bagus untuk jangka panjang karena ekosistem antara perusahaan dan pekerjanya dapat berdampak positif untuk perkembangan bisnis perusahaan.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ras/ras)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular