
The Fed Bakal Kendurkan Kenaikan Suku Bunga, Bursa Asia Cerah

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung bergairah pada perdagangan Kamis (24/11/2022), di tengah adanya kabar baik bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunga acuannya.
Indeks Nikkei 225 Jepang dan Hang Seng Hong Kong dibuka melesat 0,99%, Shanghai Composite China menguat 0,43%, Straits Times Singapura naik 0,13%, ASX 200 Australia bertambah 0,32%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,86%.
Dari Korea Selatan, bank sentral (Bank of Korea/BoK) kembali menaikkan suku bunga acuannya pada hari ini. Suku bunga acuan BoK dinaikan sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 3,25%, dari sebelumnya sebesar 3%.
Kenaikan suku bunga acuan BoK kali ini sesuai dengan prediksi pasar dalam survei Reuters yang memperkirakan kenaikan sebesar 25 bp.
Tingkat inflasi berdasarkan konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) Negeri Ginseng pada Oktober lalu mencapai 5,7%.
Pada hari ini, inflasi berdasarkan produsen (Indeks Harga Produsen/IHP) Korea Selatan periode Oktober 2022 juga telah dirilis. Hasilnya menunjukkan adanya penurunan menjadi 7,3% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya sebesar 7,9% pada September lalu.
Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), IHP Negeri Ginseng pada bulan lalu masih naik menjadi 0,5%, dari sebelumnya pada September lalu sebesar 0,2%.
Gubernur BoK, Rhee Chang-yong dijadwalkan akan mengadakan konferensi pers di kemudian hari tentang keputusan moneter.
Bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat terjadi di tengah cerahnya kembali bursa saham AS, Wall Street pada penutupan perdagangan Rabu kemarin, setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) berencana akan mengurangi laju kenaikan suku bunga acuannya di masa mendatang.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,28%, S&P 500 terapresiasi 0,6%, dan Nasdaq Composite melesat 0,99%.
Risalah dari pertemuan The Fed edisi November 2022 mengisyaratkan bahwa bank sentral Negeri Paman Sam tersebut melihat kemajuan dalam perjuangannya melawan inflasi tinggi dan ingin memperlambat laju kenaikan suku bunga, yang berarti kenaikannya bakal lebih kecil pada akhir tahun ini hingga 2023.
"Sebagian besar pejabat menilai bahwa perlambatan laju kenaikan kemungkinan akan segera terjadi," bunyi risalah tersebut.
"Kelambatan dan besaran yang tidak pasti yang terkait dengan dampak tindakan kebijakan moneter pada aktivitas ekonomi dan inflasi adalah salah satu alasan yang dikutip mengenai mengapa penilaian semacam itu penting," tambah risalah tersebut.
Sebelumnya pada rapat edisi November 2022, The Fed menyetujui kenaikan 75 bp keempat berturut-turut yang membawa suku bunga ke level tertinggi sejak 2008.
Pasca risalah tersebut pelaku pasar langsung memperkirakan kenaikan akan terjadi sebesar 50 bp pada 14 Desember mendatang.
"Apa yang benar-benar ditunjukkan adalah anda memiliki pasar yang gelisah tentang satu hal dan hanya satu hal, dan itu adalah Federal Reserve dan pemikiran mereka tentang kebijakan moneter," kata Art Hogan, kepala strategi pasar di B. Riley Financial, dikutip CNBC International.
Di sisi lain, data klaim pengangguran datang lebih tinggi dari yang diharapkan yakni tercatat sebesar 240.000 untuk pekan yang berakhir 19 November, di mana ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan 225.000.
Ini menandakan bahwa pasar tenaga kerja mungkin melemah. Namun, pada saat yang sama, pesanan barang tahan lama untuk bulan Oktober lebih kuat dari yang diperkirakan, sebesar 1%, lebih tinggi dari perkiraan 0,5%.
Sebagai informasi, pasar saham AS akan tutup pada Kamis, karena adanya libur Thanksgiving, sedangkan pada Jumat pekan ini, Wall Street hanya akan dibuka setengah hari saja.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
