CNBC Indonesia Research

Tajir! Ini Penampakan Laba Jumbo Bank-bank Kakap di RI

Putra, CNBC Indonesia
24 November 2022 08:20
BI & Empat Bank Sentral Bangun Konektivitas Pembayaran Kawasan
Foto: CNBC Indonesia TV

Jakarta, CNBC Indonesia - Semua bank kakap telah merilis laporan keuangan pada kuartal III-2022 dan menunjukkan kinerja yang mengesankan.

Secara kumulatif, laba bersih empat bank dengan aset terbesar di RI yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mencatatkan laba bersih dalam 9 bulan tahun 2022 mencapai Rp 112,6 triliun.

Laba bersih keempat bank big caps tersebut melonjak 63% secara year on year (yoy). Laba bersih tertinggi masih disumbang oleh BBRI yang mencapai Rp 39 triliun atau naik lebih dari 100% yoy.

Di posisi kedua ada BMRI yang menorehkan laba hampir Rp 31 triliun atau tumbuh 59% yoy. Kemudian disusul BBCA dengan laba bersih mencapai nyaris Rp 29 triliun atau naik 25% yoy lalu BBNI dengan laba bersih mencapai Rp 13,7 triliun atau melesat 77% yoy.

Apabila dicermati, ada tiga faktor utama yang membuat laba bersih mengalami peningkatan secara pesat. Pertama adalah kenaikan pendapatan bunga bersih. Kedua adalah peningkatan pendapatan non bunga serta terakhir adalah penurunan beban pencadangan.

Secara agregat, pendapatan bunga bersih keempat bank tersebut naik 14% yoy menjadi Rp 236,8 triliun. Kenaikan pendapatan bunga bersih ditopang oleh membaiknya pendapatan dari aset-aset berimbal hasil serta turunnya beban biaya bunga atas dana (Cost of Fund/CoF).

Penurunan CoF selain karena suku bunga acuan sempat dipertahankan rendah sepanjang 8 bulan tahun 2022 juga disebabkan oleh perbaikan struktur pendanaan dari bank. Sejak pandemi, tren yang terjadi di industri perbankan adalah masyarakat lebih gemar menabung sehingga Dana Pihak Ketiga (DPK) melonjak.

Namun kebanyakan dari masyarakat masuk ke tabungan (savings) dan bukan deposito. Bagi bank tabungan memiliki beban bunga yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan deposito. Begitu juga dengan giro. Kombinasi tabungan dan giro pada bank disebut sebagai dana murah atau Current Account Saving Account (CASA). Lonjakan CASA pada akhirnya membuat CoF dapat turun.

Selanjutnya pendorong kinerja keuangan yang moncer adalah kenaikan pendapatan non-bunga yang juga tumbuh dobel digit hingga 13% yoy. Untuk diketahui pos pendapatan non bunga bank berasal dari biaya administrasi yang dibebankan kepada nasabah maupun keuntungan dari trading efek-efek. Hingga September 2022, total pendapatan non-bunga keempat bank tersebut mencapai Rp 85,8 triliun.

Pendorong terakhir adalah penurunan beban pencadangan atau provisi. Beban pencadangan keempat bank tersebut turun drastis hingga 32% yoy menjadi Rp 47,3 triliun seiring dengan membaiknya kualitas aset yang tercermin dari tren penurunan rasio kredit macet atau Non-Performing Loan.

TeknikalFoto: Teknikal
Teknikal

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan, satuan dalam Rp miliar.

Dengan kinerja yang impresif tersebut wajar saja jika harga saham-saham bank kakap tersebut mengalami kenaikan yang signifikan tahun ini. Secara year to date, BMRI memimpin kenaikan apresiasi saham dengan penguatan harga saham mencapai 45%. Di posisi kedua ada BBNI dengan kenaikan 37% dan BBCA 22% baru BBRI 14%.

Apresiasi harga saham keempat bank tersebut membuat kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 7,2% sepanjang tahun ini karena bobot keempat saham tersebut mencapai 28% dari total bobot market cap IHSG.


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular