Begini Ramalan Harga CPO Tahun Ini, Berani Baca?

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
15 November 2022 08:54
Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat. Kamis (13/9). Kebun Kelapa Sawit di Kawasan ini memiliki luas 1013 hektare dari Puluhan Blok perkebunan. Setiap harinya dari pagi hingga siang para pekerja panen tandan dari satu blok perkebunan. Siang hari Puluhan ton kelapa sawit ini diangkut dipabrik dikawasan Cimulang. Menurut data Kementeria Pertanian, secara nasional terdapat 14,03 juta hektare lahan sawit di Indonesia, dengan luasan sawit rakyat 5,61 juta hektare. Minyak kelapa sawit (CPO) masih menjadi komoditas ekspor terbesar Indonesia dengan volume ekspor 2017 sebesar 33,52 juta ton.
Foto: Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) naik tajam di sesi awal perdagangan Selasa (15/11/2022). Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) memprediksikan harga CPO akan diperdagangkan di kisaran MYR 4.000-4.400/ton pada akhir tahun ini.

Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan melesat 1,05% ke MYR 4.155/ton pada pukul 08:05 WIB.

Pada awal perdagangan pekan ini (14/11), minyak sawit berjangka ditutup ambles 4,18% menjadi MYR 4.108/ton (US$894,5/ton), terbebani oleh ringgit yang lebih kuat dan pelemahan pada minyak nabati saingan kian memberatkan laju CPO.

Ringgit Malaysia terpantau menguat 0,7% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) dan telah menguat selama dua hari beruntun. Ringgit Malaysia yang lebih menguat membuat pembeli yang menggunakan mata uang lain menjadi semakin mahal.

Laju CPO juga dipengaruhi oleh harga minyak kedelai yang terpuruk 1,5% di Dalian, sedangkan harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade berakhir ambles 1,1%. Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapat bagian di pasar minyak nabati global.

Namun, Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) memprediksikan harga minyak sawit kemungkinan akan diperdagangkan antara MYR 4.000-4.400/ton pada akhir Desember 2022. Sementara dalam jangka menengah, harga akan tetapi antara MYR 3.900-4.300/ton, tertekan oleh konflik Rusia-Ukraina dan pertumbuhan pasokan minyak sawit yang stabil.

Kendati begitu, MPOB memperkirakan bahwa Indonesia dan Malaysia akan mengalami badai tropis yang akan berlanjut hingga pada kuartal pertama 2023, sehingga akan menjaga harga CPO sedikit lebih tinggi untuk sementara.

MPOB juga memperingatkan bahwa pada 2023 akan menjadi tahun yang sulit bagi pasar, dengan ketidakpastian cuaca, geopolitik, dan ekonomi yang terus berlanjut yang telah menyebabkan perubahan harga yang luas tahun ini.

Direktur MPOB Ahmad Parveez Ghulam Kadir memprediksikan permintaan dari China akan kembali membaik tahun depan karena akan melonggarkan kebijakan zero Covid.

"Indonesia diperkirakan akan memenangkan pangsa pasar yang lebih besar daripada saingannya Malaysia," tuturnya yang dikutip Reuters.

Hal serupa dikatakan oleh Pendiri CIFCO Futures' Research Institute Beijing, Wang Jun bahwa China akan menghadapi Tahun Baru China dan permintaan akan CPO diprediksikan akan naik.

"Malaysia akan kehilangan pangsa pasar terhadap Indonesia karena harga yang lebih kompetitif. Pangsa pasar CPO Indonesia telah meningkat dari tahun ke tahun, sedangkan pangsa pasar CPO Malaysia menurun," tambahnya dikutip The Edge Markets.

Wang memproyeksikan CPO Indonesia berkontribusi sekitar 70,65% dari impor China dan CPO Malaysia sekitar 29,35%.

Namun, Kementerian Pertanian dan Perdesaan China memproyeksikan tahun ini akan ada penurunan impor CPO sebesar 44% secara tahunan menjadi hanya 2,8 juta ton. Kemudian, akan meningkat di 2023 menjadi 4,5 juta ton.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jangan Kaget, Harga CPO Ambles Gegara Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular