Breaking News: Harga Batu Bara Anjlok 4%, Terendah 5 Bulan!
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara langsung ambruk pada awal pekan ini. Pada perdagangan Senin (7/11/2022), harga batu bara kontrak Desember di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 334,55 per ton. Harganya turun ambruk 4,14 % dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.
Harga tersebut adalah yang terendah sejak 14 Juni 2022 atau nyaris dalam lima bulan terakhir. Pelemahan kemarin juga memperpanjang catatan negatif batu bara yang sudah berada di zona merah sejak Kamis pekan lalu atau tiga hari terakhir.
Dalam sepekan, harga batu bara sudah ambruk 6,1% secara point to point. Harga pasir hitam juga sudah ambles 12% dalam sebulan tetapi masih melesat 104% dalam setahun.
Harga batu bara ambruk dipicu sentimen negatif dari dua negara perekonomian terbesar dunia yakni China dan Amerika Serikat (AS)
China melaporkan penurunan impor batu bara yang cukup signifikan pada Oktober sementara kabar buruk dari AS adalah rencana penutupan sepertiga pembangkit batu bara mereka pada 2029 mendatang.
Dilansir dari Reuters, impor batu bara China hanya mencapai 29,18 juta ton pada Oktober 2022. Jumlah tersebut anjlok 11,7% dibandingkan pada September 2022 yang tercatat 33,05 juta ton. Kendati demikian, impor masih naik 8,3% dibandingkan Oktober 2021.
Impor batu bara Negara Tirai Bambu pada periode Januari-Oktober 2022 tercatat 230,1 juta. Jumlah tersebut anjlok 10,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Secara keseluruhan, ekspor dan impor barang China pada Oktober 2022 juga sama-sama melandai.
Ekspor China ke seluruh dunia pada Oktober melandai 0,3% (year on year(yoy)) dan ambruk 7,5% (month to month/mtm). Kondisi ini berbanding terbalik dengan kenaikan 5,7% (yoy) pada September. Sementara itu, total impor barang China pada Oktober melandai 0,7% (yoy) dan ambrik 10,4% (mtm).
Penurunan ekspor impor China, termasuk impor batu bara semakin menegaskan sinyal perlambatan ekonomi Negara Panda. China adalah ekonomi terbesar kedua setelah AS. Beijing juga menjadi konsumen terbesar batu bara di dunia.
Perlambatan ekonomi dan permintaan batu bara dari China tentu saja akan berdampak besar kepada harga pasir hitam.
Kepala ekonom Jones Lang Lasalle, Bruce Pang, mengatakan ekspor impor China ambruk karena ekonomi Beijing terus melambat akibat pembatasan ketat kebijakan Covid-19.
Seperti diketahui, China kembali melakukan penguncian wilyah di sekitar 200 pemukiman menyusul melonjaknya kasus Covid-19. Penguncian wilayah tentu saja berdampak besar ke aktivitas ekonomi.
"Rendahnya permintaan domestik menjadi alasan utama dari melandainya ekonomi dan terganggunya pemulihan ekonomi dalam jangka pendek serta mengancam rencana jangka panjang," tutur Pang, kepada Reuters.
Rendahnya impor batu bara China pada Oktober 2022 adalah bukti bagaimana aktivitas ekonomi China melambat. Pembangkit batu bara China biasanya akan mengisi persediaan pada Oktober untuk persiapan bulan berikutnya. Namun, kenaikan harga batu bara dan penguatan dolar AS membuat perusahaan China kesulitan meningkatkan impor.
Pembangkit listrik di China pun kini tengah mencari pasokan batu bara thermal yang murah demi menjaga arus kas perusahaan. Pengiriman diharapkan bisa dimulai pada pertengahan November hingga awal Desember.
Sementara itu, Adminstrasi Informasi Energi AS (EIA) mengumumkan jika AS akan mempensiunkan 23% dari kapasitas listrik pembangkit batu bara mereka pada 2029.
Kapasitas pembangkit batu bara yang terpasang saat ini berkisar 200.568 Mega Watts (MW).
Jumlah kapasitas pembangkit listrik batu bara yang dikurangi sudah mencapai 9.450 MW pada periode 2012-2012. Pada tahun ini, kapasitasnya akan dikurangi sebanyak 11.788 MW.
"Pembangkit listrik batu bara khususnya yang sudah tua semakin tidak efisien. Pembangkit tersebut memakan biaya perawatan dan operasional yang lebih mahal sehingga membuatnya tidak kompetitif," tulis EIA.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)