
11 Calon Emiten Ini Mengantre IPO, Mana yang Layak Beli?

PT Citra Borneo Utama Tbk (CBUT)
Perusahaan pengolahan sawit PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) berencana melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) dengan menawarkan sebanyak-banyaknya 625 juta saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Saham tersebut mewakili sebanyak-banyaknya 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah penawaran umum perdana.
CBUT rencananya akan menawarkan saham kepada masyarakat di rentang harga Rp 690 sampai Rp 1.280 per saham. Dengan harga dan jumlah saham tersebut, dana segar yang berpotensi dihimpun CBUT dari aksi ini bisa mencapai Rp 800 miliar.
Sekitar 54% dana hasil IPO rencananya akan dipakai untuk pembangunan refinery extension dan infrastrukturnya. Transaksi ini rencananya akan dilaksanakan dengan pihak ketiga. Adapun sisa dana akan digunakan untuk peningkatan modal kerja termasuk, namun tidak terbatas pada, pembelian bahan baku yaitu CPO dan kernel sawit guna meningkatkan utilisasi produksi pada pabrik kernel crushing dan refinery.
Perkiraan jadwal untuk IPO ini yaitu masa penawaran awal pada 13-19 Oktober 2022, perkiraan tanggal efektif pada 27 Oktober 2022, dan perkiraan masa penawaran umum pada 31 Oktober-2 November 2022. Tanggal penjatahan diperkirakan jatuh pada 2 November 2022, perkiraan tanggal distribusi saham secara elektronik pada 3 November 2022, dan perkiraan pencatatan saham pada BEI pada 4 November 2022.
Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam penawaran umum perdana saham ini adalah PT BRI Danareksa Sekuritas, PT Maybank Sekuritas Indonesia, PT Mirae Asset Indonesia, dan PT UOB Kay Hian Sekuritas.
PT Citra Borneo Indah tercatat sebagai pemegang saham mayoritas CBUT dengan kepemilikan sebesar 68 persen, kemudian PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. (SSMS) mengempit 22,0 persen saham. PT Kalimantan Sawit Abadi dan PT Mitra Mendawai Sejati masing-masing menggenggam 5 persen saham Citra Borneo Utama.
PT Primadaya Plastisindo Tbk (PDPP)
Perusahaan bidang industri barang dari plastik untuk pengemasan PT Primadaya Plastisindo Tbk. (PDPP) berencana melakukan penawaran umum perdana saham atau IPO dengan melepas sebanyak-banyaknya 500 juta saham, dengan nilai nominal Rp 100 per saham.
Saham ini mewakili sebanyak-banyaknya 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah penawaran umum perdana. Rencananya, IPO PDPP bakal ditawarkan ke masyarakat dengan harga Rp 195-Rp 200 setiap saham. Dengan harga tersebut, maka PDPP diperkirakan akan mampu mendapatkan dana segar sebanyak-banyaknya Rp 100 miliar.
Dana dari hasil penawaran umum ini sebesar 67% akan digunakan untuk ekspansi pembelian mesin dan meningkatkan kapasitas produksi perseroan, dan juga untuk menambah varian produk yang akan dipasarkan perseroan.
Lalu, sisanya sekitar 33 persen akan digunakan perseroan untuk modal kerja, yakni untuk pembelian raw material HDPE, PET, PP, dan operasional perusahaan. Perkiraan jadwal untuk IPO ini yaitu masa penawaran awal pada 13-20 Oktober 2022, perkiraan tanggal efektif pada 2 November 2022, dan perkiraan masa penawaran umum pada 3-7 November 2022.
Lalu, perkiraan tanggal penjatahan pada 7 November 2022, perkiraan tanggal distribusi saham secara elektronik pada 8 November 2022, dan perkiraan pencatatan saham pada BEI tanggal 9 November 2022.
Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam penawaran umum perdana saham in adalah PT Semesta Indovest Sekuritas.
Sebagai informasi, Primadaya Plastisindo didirikan pada 2005. Kegiatan usaha perseroan mencakup pembuatan kemasan dari plastik, hingga pembuatan kertas tissue untuk galon beremerek VIT dan Aqua. Saat ini, perseroan memiliki beberapa pabrik yang tersebar di Jawa Barat, Lampung, hingga Sumatera Utara.
Menthobi Karyatama Raya Tbk (MKTR)
Perusahaan investasi bidang komoditi PT Menthobi Karyatama Raya Tbk (MKTR) memastikan diri melakukan Initial Public offering (IPO) dengan target perolehan dana sebanyak-banyaknya Rp 375 miliar.
Dana tersebut akan digunakan untuk mendukung rencana pengembangan dan ekspansi bisnis yang dilakukan perusahaan.
Direktur Utama MKTR, Harry M. Nadir merinci sebesar 95,01% dana IPO akan digunakan untuk pengembangan usaha dan ekspansi bisnis melalui sejumlah entitas anak usaha yang dimiliki.
Diantaranya yaitu pembangunan fasilitas pengelolaan limbah menjadi pupuk yang akan dilakukan melalui PT Menthobi Hijau Lestari (MHL). Kemudian pembelian sarana transportasi dan alat berat melalui Menthobi Trans Titian Raya (MTR), dan pembelian bibit sawit melalui PT Menthobi Agro Raya (MAR).
MKTR akan melakukan pembebasan lahan perkebunan dan perluasan lahan tanaman baru 1.200 hektar (Ha) melalui PT Menthobi Makmur Lestari (MMAL). Melalui MMAL, perseroan juga akan membangunan fasilitas water management untuk mendukung perluasan lahan yang dilakukan.
"Sejalan dengan meningkatnya produksi Tandan Buah Segar (TBS) dari MMAL maupun dari pihak ketiga, maka dana IPO juga akan digunakan untuk penyempurnaan pembangunan pabrik kelapa sawit seperti maintenance, perbaikan stasiun utama, dan stasiun pendukung beserta sarana penunjangnya," kata Harry M Nadir, dalam Paparan Publik (Public Expose) di Jakarta, Jumat (21/10/2022).
Selain untuk ekspansi usaha, MKTR akan menggunakan 4,99% dana IPO sebagai modal kerja.
Harry mengungkapkan, saat ini merupakan momentum yang baik bagi perusahaan untuk melakukan pengembangan dan ekspansi bisnis dengan mencari sumber pendanaan melalui IPO.
Hal itu dikarenakan kondisi industri yang tengah positif, dengan permintaan komoditas CPO di dalam negeri dan global terus meningkat. Bahkan dalam empat tahun mendatang atau pada 2026, pasar global minyak sawit diperkirakan akan mencapai US$ 106 miliar, tumbuh hampir dua kali lipat dibanding 2020 yang US$ 54,8 miliar. Selain itu, potensi kenaikan harga CPO juga sangat terbuka untuk terus mengalami kenaikan.
Seperti pada April 2022 kemarin, harga CPO sempat menyentuh harga all time high di level MYR 7.104/ton.
"Selain melalui pengembangan usaha, kenaikan harga CPO diharapkan dapat berkontribusi positif bagi kenaikan pendapatan MKTR," ujar Harry.
Untuk diketahui, pada 2019, MKTR membukukan pendapatan Rp 154 miliar, dan pada 2020 memperoleh pendapatan Rp 228 miliar.
Lalu di 2021, pendapatan MKTR kembali tumbuh secara signifikan, yaitu mencapai Rp 512 miliar.
"Dan sampai dengan Kuartal III 2022 kemarin, pendapatan MKTR sudah tercatat Rp 490 miliar, dari target akhir tahun 2022 yang sebesar Rp565 miliar," kata Harry.
Menurut Harry, peningkatan pendapatan MKTR kedepan akan ditopang oleh pertumbuhan produksi yang didukung oleh profil tanaman yang masih muda yang dimiliki perusahaan. Kemudian, luas lahan yang belum tertanam akan turut mendukung penanaman baru dan pertumbuhan produksi TBS di masa yang akan datang.
"MKTR berkomitmen untuk membangun agribisnis dengan Inovasi Best Practice Agronomi yang berkelanjutan serta ramah lingkungan untuk menghasilkan nilai tambah optimal kepada seluruh pemangku kepentingan," pungkas Harry.
Di sisi lain, Fuad Hasan Masyhur, pengusaha yang juga merupakan politisi dari Partai Golkar akan segera melangsungkan penawaran umum perdana atas perusahaan sawit miliknya. Ternyata alasan Fuad melakukan IPO untuk lini bisnis ini bukan tanpa sebab.
Menurutnya dalam situasi apapun sektor food, energy, dan water tidak akan habis serta akan terus dibutuhkan.
"Apapun dalam beragam situasi food,energy, dan water tidak akan habis kegunaannya. Oleh karena itu, kami merambah ke situ," jelas Fuad kepada CNBC Indonesia usai Public Expose di Jakarta, Jumat (21/10/2022).
Apalagi sudah terbukti saat ini dengan adanya peperangan Rusia-Ukraina, ketahanan pangan dan energi lah yang dipermasalahkan. Bahkan secara spesifik Fuad ke depan akan menyiapkan bisnis di bidang air namun masih mencari pola dan jenis investasi yang paling tepat.
"Kemungkinan kami akan melihat energi, pangan, dan water. Namun masih lihat apa yang paling tepat," jelas Fuad.
Di sisi lain, untuk energy Fuad memastikan akan masuk ke energi baru terbarukan (EBT) dengan pilihan Micro Hydro. Sayangnya di masih belum bisa merinci bisnis tersebut.
"Pelan-pelan saat ini masih dipelajari dan kami sudah berkonsultasi juga dengan konsultan," jelas Fuad.
Fuad yang juga merupakan pendiri salah perusahaan biro perjalanan haji dan umrah tersohor RI Maktour Indonesia, secara pribadi memiliki 8,28 miliar (87,12%) saham Menthobi secara langsung.
Sementara itu ia juga memiliki kepemilikan tidak langsung di Menthobi sebesar 2,96% lewat kepemilikan saham di PT Maktour Bangun Persada.
Total kepemilikan 90,08% - langsung dan tidak langsung - tersebut setara dengan sekitar 8,56 miliar saham. Secara porsi kepemilikan saham Menthobi oleh
Fuad akan terdilusi pasca IPO menjadi 71,32% secara total.
(rob/dhf)