Rupiah Tempel Dolar AS, Semoga Terus Biar Inflasi Terjaga

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
24 October 2022 11:29
An employee counts Indonesian rupiah banknotes at a currency exchange office in Jakarta, Indonesia October 23, 2018. Picture taken October 23, 2018. REUTERS/Beawiharta
Foto: Seorang karyawan menghitung uang kertas Rupiah di kantor penukaran mata uang di Jakarta, Indonesia 23 Oktober 2018. Gambar diambil 23 Oktober 2018. REUTERS / Beawiharta

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berhasil melibas dolar Amerika Serikat (AS) hingga pada pertengahan perdagangan Senin (24/10/2022). Padahal, mayoritas mata uang terkoreksi terhadap si greenback.

Mengacu pada data Refinitiv, rupiah menguat tajam pada pembukaan perdagangan sebesar 0,51% ke Rp 15.550/US$. Kemudian, rupiah memangkas penguatannya menjadi hanya 0,26% ke Rp 15.590/US$ pada pukul 11:10 WIB. Namun, Mata Uang Garuda masih berada dekat dengan level Rp 15.600/US$.

Menariknya, rupiah berhasil menguat ketika indeks dolar AS sedang menguat di pasar spot. Pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS yang mengukur kinerja si greenback terhadap enam mata uang dunia lainnya, menguat 0,21% ke posisi 112,24.

Sentimen penggerak pasar pekan ini dari Tanah Air cukup sepi. Namun, beberapa rilis data ekonomi masih patut di cermati oleh para pelaku pasar.

Hari ini, China telah merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022 yang tumbuh 3,9% secara tahunan (year-on-year/yoy), posisi tersebut juga melampaui ekspektasi para analis sebesar 3,4% yoy.

Berdasarkan data yang dirilis Biro Statistik Nasional China pada Senin (24/10/2022) yang dikutip CNBC International, pertumbuhan PDB pada kuartal III-2022 itu jauh melampaui raihan pada kuartal sebelumnya sebesar 0,4% yoy.

Namun, masih di bawah kuartal I-2022 sebesar 4,8% yoy. Selain itu, pertumbuhan tersebut masih di bawah target resmi pemerintah sebesar 5,5%.

Kendati membaik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, pertumbuhan pada kuartal III-2022 masih terbebani oleh sejumlah pembatasan akibat pandemi Covid-19 yang menekan aktivitas bisnis. Adapun, tingkat pengangguran perkotaan naik hingga 5,5% pada September.

Sejatinya, China merupakan mitra dagang terbesar bagi Indonesia, sehingga rilis data tersebut penting untuk dicermati.

Mengacu pada data Kementerian Perdagangan, Tiongkok menempati posisi pertama sebagai mitra dagang terbesar dengan Indonesia pada periode Januari-Agustus 2022. Nilai ekspor non-migas senilai US$ 39,08 miliar atau setara Rp 602,8 triliun (asumsi kurs Rp 15.425/US$). Sementara nilai impor non-migas sebesar US$ 44,59 miliar atau setara dengan Rp 692,5 triliun.

Jika pertumbuhan ekonomi China melesat, tentunya Indonesia juga akan diuntungkan karena China merupakan importir terbesar komoditas dunia, tidak terkecuali komoditas asal Indonesia seperti crude palm oil/CPO, batu bara, dan nikel.

Berbeda nasib, mayoritas mata uang di Asia melemah terhadap dolar AS, di mana yen Jepang terkoreksi paling tajam sebesar 0,83%. Disusul oleh dolar Taiwan dan dolar Singapura yang masing-masing melemah 0,47% dan 0,4% terhadap dolar AS.

Sementara dolar Hong Kong stagnan, sedangkan hanya dua mata uang yang berhasil menguat yakni rupee India dan rupiah terapresiasi yang masing-masing sebesar 0,35% dan 0,26% di hadapan greenback.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nasib Suku Bunga Fed Bisa Makin Jelas Besok, Rupiah KO Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular