Ketika AS & China Sama Gelapnya, RI Jadi 'Titik Terang'?

News - haa, CNBC Indonesia
24 October 2022 09:20
Presiden RI Jokowi, Pembukaan Sidang The 8th G20 Parliamentary Speakers' Summit, Jakarta, 6 Oktober 2022. (Tangkapan Layar Youtube) Foto: Presiden RI Jokowi, Pembukaan Sidang The 8th G20 Parliamentary Speakers' Summit, Jakarta, 6 Oktober 2022. (Tangkapan Layar Youtube)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua ekonomi besar dunia, China dan Amerika Serikat (AS) sedang tidak baik-baik saja. Hal ini menjadi beban besar di tengah pemulihan pasca-pandemi.

Investor masih menunggu kepastian rilis data pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) China yang diperkirakan akan dirilis pada Rabu (26/10/2022) setelah ditundas pekan ini.

Penundaan tanpa alasan tersebut membuat investor was-was, sebab perekonomian China sedang diliputi 'kegelapan'.

Perekonomian China diperkirakan akan mencatat kinerja terburuk dalam hampir 5 dekade terakhir.

Survei terbaru dari Reuters yang melibatkan 40 ekonom menunjukkan perekonomian China diperkirakan tumbuh 3,2% di 2022, jauh di bawah target pemerintah 5,5%.

Sementara itu, Amerika Serikat (AS) akan merilis data PDB kuartal II-2022.

Hasil survei Reuters menunjukkan PDB diperkirakan tumbuh 2,1% setelah mengalami kontraksi dalam dua kuartal beruntun.

Artinya, secara teknis Amerika Serikat akan lepas dari resesi.

Namun, tidak serta merta pasar akan menyambut baik hal tersebut, sebab ada risiko Negeri Paman Sam akan mengalami double dip recession.

Resesi di awal tahun ini memang ringan, bahkan mungkin belum terasa sebab pasar tenaga kerja AS masih sangat kuat, tetapi yang parah akan datang.

Double dip recession pernah dialami Amerika Serikat (AS) pada 1980an. Resesi pertama terjadi pada kuartal I sampai III-1980, kemudian yang kedua pada kuartal III-1981 dan berlangsung hingga kuartal IV-1982.

Lalu, bagaimana dengan nasib Indonesia yang merupakan negara berkembang?

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan bahwa perekonomian Indonesia cukup berdaya tahan.

"Indonesia resilien. Untuk outlook 2022 tetap di 5,3% dan tahun depan 5% sudah direvisi ke bawah oleh IMF," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani menjelaskan, secara garis besar, kinerja perekonomian terus membaik.

Neraca perdagangan surplus selama 29 berturut-turut, dan ini bisa menjadi bantalan terhadap gejolak yang terjadi dari sektor ekonomi global.

"Ekspor tinggi Rp 20,8 triliun, namun trennya sudah menurun dibandingkan beberapa bulan terakhir. Dari sisi impor pertumbuhan 22,02% dan lihat lebih lemah dari 2 bulan terakhir. Namun neto impor masih relatif bagus," jelasnya.

Selain itu, Purchasing Manufacture Index ((PMI) Indonesia juga mengalami penguatan selama 13 bulan secara beruntun. Selain itu, indeks penjualan ritel juga mengalami peningkatan.

"Manufacturing, industri pengolahan, kapasitas produksi meningkat, menggambarkan kuartal III ini GDP masih akan kuat meskipun kita menaikkan harga BBM. Namun pengaruhnya ke pertumbuhan terjaga," katanya.

Sementara itu, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) Kristalina Georgieva menyebut Indonesia akan menjadi titik terang di tengah kesuraman ekonomi dunia.

Pengakuan bos lembaga donor itu dikemukakan langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat memberikan pengarahan dalam Pembukaan Trade Expo Indonesia ke 37 Tahun 2022 di Tangerang, Banten.

Jokowi menuturkan sejumlah lembaga internasional sudah memperkirakan perekonomian dunia pada tahun ini dan tahun depan akan semakin gelap. Situasi ini dikhawatirkan akan berdampak juga kepada Indonesia.

Namun, Jokowi meminta seluruh pihak memandang optimis prospek perekonomian ke depan. Terlebih lagi, sejumlah indikator perekonomian nasional saat ini seperti pertumbuhan ekonomi maupun inflasi nasional masih lebih baik.

"Negara kita harus tetap optimis tapi memang harus waspada, hati-hati karena badai akan datang," pesan Jokowi.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Hore! RI Tak Masuk Daftar Negara yang Diramal Ambruk


(haa/haa)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading