Bos Sawit Jangan Baper Ya, CPO Melandai Setelah Terbang 7%

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
24 October 2022 08:46
Pemandangan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Pelalawan, provinsi Riau, Indonesia, Rabu (27/4/2022). (REUTERS/Willy Kurniawan)
Foto: Pemandangan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Pelalawan, provinsi Riau, Indonesia, Rabu (27/4/2022). (REUTERS/Willy Kurniawan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Malaysia Derivatives Exchange pada perdagangan hari ini, Senin (24/10/2022) ditutup untuk memperingati Hari Festival Diwali, dan dijadwalkan akan kembali beroperasi besok.

Mengacu pada Refinitiv, pada akhir pekan lalu, Jumat (21/10), harga minyak sawit berjangka Malaysia ditutup naik tipis 0,1% ke MYR 4.100/ton (US$ 865,71/ton) dan mengakhiri pekan kemarin dengan melesat 7% secara mingguan karena curah hujan yang tinggi memicu kekhawatiran akan mengganggu produksi crude palm oil/CPO, meskipun kenaikan tersebut dibatasi oleh ekspor CPO pada awal hingga pertengahan Oktober 2022 yang lesu.

Curah hujan dan berisiko banjir pada akhir tahun, biasanya berlangsung antara Oktober hingga Januari, kemungkinan besar akan mengganggu kegiatan panen dan mengganggu produksi CPO di Malaysia.

Selain itu, pasar nabati dibuat cemas oleh laporan dari dua kargo yang berbeda. Surveyor Kargo Societe Generale de Surveillance mengumumkan nilai ekspor untuk periode 1-20 Oktober 2022, turun 8,4% dari periode yang sama bulan sebelumnya. Berbeda halnya, Amspec Agri memproyeksikan ekspor naik 3,3%. Adanya perbedaan proyeksi dari kedua lembaga tersebut membebani pergerakan CPO.

Harga CPO juga ditopang oleh naiknya harga minyak saingan. Harga minyak kedelai di Dalian ditutup naik 0,1% pada Jumat pekan lalu (21/10).

Seperti diwartakan Borneo Bulletin, bahwa harga CPO periode November ke India yang merupakan importir terbesar CPO dunia, kini di banderol dengan harga US$ 976/ton, termasuk biaya, asuransi, dan pengiriman. Jika dibandingkan dengan harga pada Januari 2022, harga CPO lebih tinggi di US$ 1.010/ton.

"Namun, harga bisa bergerak di atas US$ 1.100 jika Indonesia memutuskan untuk mengembalikan pungutan ekspor yang sangat mungkin terjadi," tutur Diler yang berbasis di Mumbai dikutip Borneo Bulletin.

Seperti diketahui, pemerintah Indonesia memberlakukan pembebasan pungutan ekspor CPO yang akan berakhir pada 31 Oktober 2022. Sehingga, membuat harga CPO lebih rendah sekitar US$ 400/ton dibandingkan harga minyak kedelai. CPO pun menjadi lebih menarik di pasar nabati.

Maka dari itu, kombinasi curah hujan yang tinggi dan meningkatkan kekhawatiran akan produksi yang terhambat dan pembebasan pungutan ekspor CPO yang akan berakhir pekan depan, membuat CPO kemungkinan masih berada pada tren bullish di pekan ini.

Apalagi, kini ringgit Malaysia terpantau terkoreksi terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pada Jumat (21/10), ringgit Malaysia ditutup melemah 0,19% ke MYR 4,736/US$ dan menjadi posisi terendah sepanjang masa. Akibatnya, harga CPO menjadi lebih murah untuk pembeli yang menggunakan mata uang asing, khususnya dolar AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terimakasih RI! Harga CPO Dunia Jadi Lebih Murah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular