
Inggris Gonjang-Ganjing, Bursa Eropa Kebakaran!

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Eropa kompak berada di zona merah pada sesi awal perdagangan Jumat (21/10/2022), setelah Perdana Menteri Inggris Liz Truss mengundurkan diri.
Indeks Stoxx 600 di awal sesi ambles 1,31% ke 393,64. Saham ritel tergelincir 1,7%, kemudian disusul oleh penurunan saham peralatan rumah tangga dan saham berbasis sumber daya alam.
Hal serupa terjadi pada indeks FTSE Inggris terkoreksi 0,55% ke 6.905,77 dan indeks CAC Prancis anjlok 1,65% ke posisi 5.986,18. Indeks DAX Jerman melamah tajam 1,43% ke 12.586,58.
Kontrak berjangka (futures) indeks bursa AS bergerak lebih rendah mengekor bursa saham AS, di mana imbal hasil (yield) obligasi naik, meskipun rilis kinerja keuangan dari beberapa perusahaan solid. Kenaikan yield obligasi menunjukkan bahwa pelaku pasar sedang khawatir akan situasi perekonomian saat ini, sehingga investor beralih pada aset yang lebih aman.
Bursa saham di Asia juga diperdagangkan lebih rendah, di mana investor terbebani oleh data inflasi dari beberapa negara.
Saham Adidas ambles 7,2% di sesi awal perdagangan setelah mereka memperingatkan penurunan pada laba bersihnya tahun ini. Sementara saham Puma bergerak anjlok 4% terbebani oleh pengumuman dari Adidas.
Selain itu, kondisi Inggris sedang gonjang-ganjing, dimana PM Liz Truss memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya pada Kamis (20/10) setelah menjabat selama 45 hari.
Perempuan berusia 47 tahun itu mengatakan telah menyampaikan pengunduran dirinya kepada Raja Charles III. Ini setelah bertemu dengan Graham Brady, pemimpin Komite Partai Konservatif 1922, pada Kamis pagi waktu setempat.
"Mengingat situasinya, saya tidak bisa menyampaikan mandat yang saya pilih oleh Partai Konservatif," katanya dalam pidato singkat Kamis, waktu setempat.
Mundurnya Truss menambah daftar panjang krisis yang terjadi di Negeri Ratu Elizabeth tersebut. Inggris saat ini tengah mengalami krisis ekonomi yang kian parah, di mana kehidupan warga terus terpengaruh akibat biaya hidup yang meroket.
Inggris sendiri pada September lalu mencatatkan inflasi hingga di atas 10,1%. Selain itu, nilai tukar poundsterling terhadap dollar Amerika Serikat (AS) juga anjlok tajam yang membuat impor komoditas ke negara itu makin mahal.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nah Lho! Mayoritas Bursa Global Cerah, Cuma IHSG Anjlok Parah