
Catatan Sejarah! BI Selalu Tancap Gas Saat Dunia Kacau Balau

BI kembali bertindak agresif pada 2008 saat inflasi melonjak. Kenaikan harga pangan, minyak mentah, resesi di AS, serta krisis finansial global memaksa BI mengerek suku bunga dalam jumlah besar.
Kebijakan agresif BI pada 2008, terutama dilakukan untuk meredam inflasi yang melambung setelah kenaikan harga BBM subsidi sebesar 28% pada Mei 2008. Inflasi pada 2008 tercatat 11,06% di mana kenaikan tertinggi terjadi pada Juni 2008 (2,46%/mtm).
BI bahkan memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan pada 6 Mei 2008 atau sebelum pemerintah resmi menaikkan harga BBM Subsidi pada 24 Mei tahun tersebut.
Suku bunga dinaikkan sebesar 25 bps menjadi 8,25% pada Mei 2008 setelah ditahan di level 8% sejak 6 Desember 2007. Setelah Mei, BI terus menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps setiap bulan dan baru menahannya pada November 2008.
Sepanjang Mei-Oktober 2008, BI mengerek suku bunga hingga 150 bps hingga menyentuh 9,50% pada Oktober 2008.
Namun, bank sentral RI memangkas BI rate sebesar 25% menjadi 9,25% pada Desember. Pemangkasan suku bunga acuan sejalan dengan melandainya perekonomian global dan domestik serta melonggarnya kebijakan moneter di tingkat global.
Pada 2013, BI juga kembali memberlakukan kebijakan moneter ketat dengan menaikkan suku bunga secara kumulatif 175 bps menjadi 7,50 % pada akhir tahun.
Kebijakan agresif ditempuh untuk menekan goncangan ketidakpastian global pada periode "taper tantrum" setelah The Fed mulai menarik kebijakan longgarnya (quantitative easing). Juga, lonjakan inflasi akibat kenaiikan harga BBM subsidi sebesar 30% pada Juni 2013.
Pada 13 Juni atau sebelum kenaikan harga BBM, BI bertindak pre-emptive dengan mengerek suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 6%. Kenaikan ini mengakhiri periode 16 bulan suku bunga acuan itu bertengger di level 5,75 persen sejak Februari 2012.