Jakarta, CNBC Indonesia - Tidak ada bisnis yang luput dari genggaman konglomerat Anthoni Salim. Dari bisnis makanan, teknologi digital, emas, bahkan batu bara masuk dalam genggaman bisnisnya.
Bisnis yang disebutkan terakhir itu yang cukup mencuri perhatian. Anthoni Salim masuk ke PT Bumi Resources Tbk (BUMI) melalui private placement.
Porsi pemegang saham BUMI memang baru resmi diumumkan besok, Kamis (20/10/2022). Namun, formasinya sudah tergambar.
Sebab, berdasarkan keterbukaan informasi, dikutip Rabu (19/10/2022), 200 miliar saham Seri C yang diterbitkan BUMI dalam private placement telah diserap. Penyerapan ini sejalan dengan dimulainya pelaksanaan private placement kemarin, Selasa (18/10/2022).
Seperti diketahui, akan ada dua entitas usaha yang menyerap saham private placement. Entitas pertama adalah Mach Energy (Hongkong) Limited (MEL). Sedang entitas berikutnya adalah Treasure Global Investments Limited (TGIL).
Adapun komposisi pemegang saham MEL adalah, PT Bakrie Capital Indonesia memiliki sebesar 42,5% saham MEL. Kemudian, Clover Wide Limited menguasai 15% saham. Terakhir, Mach Energy (Singapore) Pte. Ltd. (MPEL) memiliki 42,5% saham MEL.
Nah, Mach Energy Pte. Ltd. adalah perusahaan di bawah Grup Salim. Anthoni Salim memiliki kendali penuh atas Mach Energy Pte. Ltd..
Setelah penyelesaian private placement, baik BCI maupun MPEL akan bersama-sama mengendalikan MEL. Semua keputusan yang dibuat MEL akan disetujui bersama oleh BCI dan MEPL.
Sedang TGIL merupakan perusahaan yang berdomisili di Singapura. PT Aswana Pinasthika Investasi dan MPEL masing-masing menguasai 16,5% dan 83,85% saham TGIL.
MEL bakal mengambil 85% dari 200 saham baru yang diterbitkan BUMI di harga Rp 120 per saham melalui private placement. Sedang TGIL bakal menyerap 15% sisanya.
Dari komposisi tersebut menghasilkan porsi kepemilikan yang seimbang antara Grup Bakrie dan Grup Salim. Anthoni Salim bakal menggenggam 28,38% saham BUMI, sedang Grup Bakrie sebesar 28,32%.
Sementara, Agoes Projosasmito bakal memegang saham BUMI sebesar 8,83% secara tidak langsung.
Sebagai catatan, pelaksanaan private placement BUMI senilai Rp 24 triliun berlangsung selama dua hari sejak kemarin. Artinya, pengumuman hasil pelaksanaan aksi korporasi ini dijadwalkan besok.
Dengan penambahan 200 miliar saham itu, maka saham beredar BUMI mencapai 343,84 miliar saham. Ini jumlah saham beredar terbesar kedua setelah PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), 1,18 triliun saham.
Saga masuknya Grup Salim di BUMI didahului oleh isu akuisisi ke anak usahanya, Bumi Resources Minerals (BRMS). Rumor ini berhembus dari kepemilikan saham Emirates Tarian Global Ventures di BRMS sejak akhir tahun lalu dengan informasi yang beredar di pasar menyebutkan Emirates Tarian terafiliasi dengan Grup Salim.
Akuisisi grup pertambangan BUMI merupakan salah satu dari sekian banyak manuver Grup Salim untuk memperluas gurita bisnisnya di Tanah Air.
Berikut adalah daftar sejumlah akuisisi besar yang dilakukan oleh Grup Salim, termasuk juga sejumlah rumor akuisisi yang beredar di pasar serta yang memiliki kedekatan langsung dengan Grup Salim.
DCI Indonesia (DCII)
Awal Juni tahun lalu, investor pasar modal dikejutkan oleh masuknya Anthoni Salim ke bisnis penyimpanan data lewat akuisisi saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII). Sebelumnya Salim memang sudah lebih dulu memiliki saham emiten tersebut akan tetapi belum diketahui publik karena kepemilikannya hanya semula 3,03%, di bawah ambang batas pengungkapan yang ditetapkan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Pasca akuisisi per 2 Juni kepemilikan saham DCII oleh masih naik menjadi 11,12%, dan masih bertahan hingga saat ini.
Masuknya Salim menjadi bahan bakar meroketnya harga saham emiten ini hingga masuk radar bursa dan memaksa otoritas terkait untuk menggembok saham ini selama berhari-hari.
Berdasarkan data KSEI tersebut, pada 31 Mei 2021 Salim membeli saham DCII dengan harga Rp 5.277/saham dan merogoh kocek hingga mencapai Rp 1,01 triliun.
Saham DCII sempat menyentuh harga puncaknya di harga Rp 59.000 dan saat ini diperdagangkan di harga Rp 37.225/saham, atau 605% lebih tinggi dari harga pembelian Salim.
Meski telah memiliki bank digital sendiri, Grup Salim ikut memperluas eksposurnya di bisnis perbankan masa depan dengan masuk ke Allo Bank lewat right issue (RI) awal tahun ini.
Grup Salim masuk ke BBHI lewat anak usahanya PT Indolife Investama Perkasa, dengan kepemilikan 6,00% di saham bank digital tersebut pasca RI.
President and CEO of Salim Group Anthoni Salim mengatakan masuknya perusahaan untuk berinvestasi di Allo Bank ditujukan untuk membangun ekosistem guna menyalurkan kredit yang berkelanjutan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Pratama Abadi Nusa Industri (PANI)
Emiten kemasan ini sejatinya diakuisisi oleh konglomerat properti raksasa Agung Sedayu, dan dirumorkan akan menjadi kendaraan Grup tersebut untuk dapat menjadi perusahaan publik melalui mekanisme back door listing.
Meski demikian, nama Grup Salim ikut dikaitkan di emiten ini mengingat salah pemilik baru memiliki kedekatan dengan Grup Salim. Selain itu, PANI juga ikut mengkonsolidasi bisnis yang salah satu pemegang sahamnya adalah Grup Salim.
Tahun lalu, PT Multi Artha Pratama resmi mencaplok 80% saham PANI dari para pemilik sebelumnya. PT MAP sendiri dimiliki oleh oleh PT Agung Sedayu dan PT Tunas Mekar Jaya dengan kepemilikan saham masing-masing sebesar 50%.
WIR Asia (WIRG)
WIR Asia bersama Salim Group mengumumkan telah membentuk joint venture bernama PT Metaverse Indonesia Makmur yang menciptakan platform Nusameta. Platform yang disebut sebagai Indonesia versi digital ini adalah ekosistem yang terdiri atas platform dan integrasi online-to-offline (O2O) yang memungkinkan seluruh pengguna mewujudkan interaksi antara dunia nyata dan digital.
Proyek ini bertujuan membangun konektivitas dan aktivitas perekonomian yang equitable bagi Indonesia. Ada beberapa pilar besar yang menjadi fokus Nusameta, seperti ekonomi berkelanjutan dan play & earn. Platform ini juga dipastikan akan menghadirkan dunia Metaverse yang beragam, mulai dari pendidikan, layanan kesehatan, dan lain sebagainya.
META Akuisisi Tol MBZ
Pertengahan tahun ini, Grup Salim memperluas usahanya di sektor jalan tol lewat akuisisi saham di konsesi tol Jalan Layang Jakarta-Cikampek yang kini bernama Tol Sheikh Mohammed bin Zayed (MBZ).
PT Nusantara Infrastructure (META) yang terafiliasi dengan Grup Salim ditaksir perlu mengeluarkan duit setidaknya Rp 4,38 triliun untuk melancarkan akuisisi tersebut. Pembayarannya dilakukan secara bertahap.
Akuisisi ini merupakan kelanjutan dari langkah Metro Pacific Tollways Corporation (MPTC) yang menandatangani sale purchase agreement (SPA) atas pembelian 40% konsesi Tol MBZ. Penandatanganan ini dilakukan pada 30 Juni kemarin.
MPTC merupakan anak usaha Metro Pacific Investment Corp (MPIC). MPIC sendiri terafiliasi dengan First Pacific Company Limited, perusahaan di Hong Kong yang 44,3% sahamnya dimiliki oleh Anthoni Salim.
Selain itu Grup Salim sebelumnya juga telah masuk ke sejumlah emiten termasuk Medco Energi Internasional (MEDC), Bank Ina Perdana (BINA) lewat PT Indolife Pensiontama hingga Metropolitan Land (MTLA).