IHSG Makin Memprihatinkan, Masuk Zona 6.700 Pagi Ini

Putra, CNBC Indonesia
17 October 2022 09:14
Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah dan langsung terlempar dari level psikologis 6.800 awal pekan ini.

IHSG turun 0,23% di awal perdagangan. Penurunan ini cukup membuat IHSG masuk zona 6.700, tepatnya dibuka di level 6.798,52.

Dua menit berselang, IHSG melanjutkan koreksi 0,52% ke 6.772,53 sudah keluar dari zona psikologis 6.800. Koreksi masih terus berlanjut seiring dengan kinerja Wall Street yang masih dibayangi koreksi.

Kinerja indeks saham Wall Street masih saja tertekan. Wall Street kembali kebakaran akhir pekan lalu. Indeks Dow Jones melemah 1,34%; indeks S&P 500 turun 2,37% dan Nasdaq Composite drop 3,08%.

Secarapoint-to-pointpada pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terpantau melesat 1,15%. Namun untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite terpantau ambles. S&P 500 ambles 1,55% dan Nasdaq ambruk 3,11%.

Wall Street kembali ambruk pada akhir pekan lalu setelah survei konsumen dari University of Michigan menunjukkan ekspektasi inflasi meningkat, sentimen yang kemungkinan diawasi oleh The Fed.

Nasdaq yang sarat teknologi memimpin penurunan karena perusahaan yang tumbuh paling sensitif terhadap kenaikan suku bunga.

Pada saat yang sama,yieldobligasi melonjak, di mana Treasury AS tenor 10 tahun melampaui 4% untuk kedua kalinya dalam dua hari terakhir pekan lalu karena investor bereaksi terhadap ekspektasi inflasi yang lebih tinggi.

Pasar cenderung gelisah sepanjang pekan lalu karena investor menimbang data inflasi baru yang akan menginformasikan The Fed karena terus menaikkan suku bunga untuk mendinginkan kenaikan harga.

Dari dalam negeri pelaku pasar menanti rilis data makro yaitu perdagangan internasional yang akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini.

Konsensus pasar yang dihimpunCNBC Indonesiadari 13 lembaga keuangan memperkirakan surplus neraca perdagangan akan semakin tergerus menjadi US$ 4,85 miliar. Surplus diprediksi jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan periode Agustus 2022 yang mencapai US$ 5,76 miliar.

Konsensus juga memproyeksikan bahwa ekspor akan tumbuh 27,47% (yoy) sementara impor meningkat 34,31%. Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 29 bulan beruntun.

Sebagai catatan, nilai ekspor Agustus 2022 mencapai US$ 27,91 miliar atau melonjak 30,15% (yoy). Impor tercatat US$ 22,15 miliar atau melesat 32,81% (yoy).

Kepala ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro memprediksikan bahwa nilai ekspor akan melandai pada September, sejalan dengan anjloknya harga minyak sawit mentah.

Menurut dataRefinitiv, rata-rata harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) ambles 10,3% di sepanjang perdagangan September 2022. CPO berkontribusi terhadap 13% total ekspor Indonesia sehingga penurunan harga CPO bisa berdampak besar terhadap total ekspor.

Andry juga menambahkan penurunan Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur China bisa berimbas pada melambatnya permintaan impor Negara Tirai Bambu.

PMI China melambat ke 48,1 pada September dari 49,5 pada Agustus. Artinya, PMI China sudah tidak berada dalam fase ekspansif selama dua beruntun.


(trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular