Top Gainers-Losers

Lupakan Dulu yang Boncos, Saham Ini Sukses Kasih Cuan Gede

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
12 October 2022 07:42
Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah pada perdagangan Selasa (11/10/2022) kemarin, di tengah meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap resesi global.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melemah 0,79% ke posisi 6.939,15. IHSG masih berada di bawah level psikologisnya di 7.000.

Pada awal perdagangan sesi I kemarin, dibuka melemah tipis 0,06% di posisi 6.989,99. Selang 8 menit setelah dibuka, indeks terpantau kembali jatuh 0,29% ke 6.974,06. Pada pukul 10:53 WIB, IHSG terpantau memangkas perlemahan menjadi 0,11% ke 6.986.72.

Kemudian pada perdagangan sesi II, IHSG semakin ambrol dengan koreksi 0,79% di 6.939,15 dan akhir perdagangan sesi II, IHSG semakin menjauhi level psikologisnya di 7.000.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitaran Rp 12 triliun dengan melibatkan 26 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Hanya 190 saham yang menguat kemarin, sedangkan sisanya melemah yakni 340 saham dan 164 saham stagnan.

Investor asing kembali melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 45,74 miliar di pasar reguler pada perdagangan kemarin. Namun di pasar tunai dan negosiasi, asing tercatat melakukan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 72,24 miliar.

Saat IHSG melemah lagi, beberapa saham masuk ke jajaran top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Selasa kemarin.

Saham Top Gainers

Saham emiten bank mini yakni PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA) memimpin deretan top gainers pada perdagangan kemarin. Saham BACA ditutup melejit 28,45% ke posisi harga Rp 149/saham.

Nilai transaksi saham BACA pada perdagangan Selasa kemarin mencapai Rp 46,13 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 315,8 juta lembar saham. Asing mengoleksinya sebesar Rp 56,64 juta di pasar reguler.

Jika melihat data perdagangan, sejak perdagangan 3 Oktober hingga kemarin, saham BACA mencatatkan penguatan sebanyak 3 kali, melemah sebanyak 2 kali, dan stagnan sebanyak 2 kali.

Dalam sepekan terakhir, saham BACA melonjak hingga 29,57% dan dalam sebulan terakhir, saham BACA masih melesat 6,43%.

Melesatnya harga saham BACA terjadi di tengah rencana perseroan yang akan melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PTHMETD) atau private placement.

Dalam aksi korporasi ini, perseroan akan menerbitkan saham baru tanpa HMETD sebanyak-banyaknya 19,95 miliar saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham atau setara 72,14% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah pelaksanaan PMHMETD.

Adapun harga pelaksanaan PMTHMETD akan ditentukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku di pasar modal, yaitu perihal Perubahan Peraturan Nomor 1-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat, Lampiran II Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia No. Kep-00101/BEI/12-2021 tanggal 21 Desember 2021.

Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa kemarin, perseroan berencana untuk menggunakan dana yang diperoleh dari PMTHMETD, setelah dikurangi dengan seluruh biaya emisi, untuk modal kerja dan memperkuat struktur permodalan perseroan.

Pelaksanaan PMTHMETD akan dilakukan setelah mendapatkan persetujuan Pemegang Saham dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang akan diselenggarakan pada 16 November 2022.

Setelah penambahan modal ditempatkan dan disetor BACA dalam rangka pelaksanaan PMTHMETD ini efektif, persentase kepemilikan saham masing-masing pemegang saham perseroan selain pemegang saham yang melakukan penyertaan modal dalam PMTHMETD, akan terdilusi sebanyak-banyaknya sebesar 72,14%.

Di saat IHSG kembali merana, beberapa saham juga masuk ke jajaran top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Selasa kemarin.

Saham Top Losers

Saham emiten jasa sarana produksi budidaya ikan air payau dan jasa pasca panen budidaya ikan air payau yakni PT Agung Menjangan Mas Tbk (AMMS) kembali bercokol di jajaran top losers pada perdagangan kemarin. Saham AMMS ditutup ambruk 9,26% menjadi Rp 98/saham.

Nilai transaksi saham AMMS pada perdagangan kemarin mencapai Rp 18,54 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 188,19 juta lembar saham. Namun, asing mengoleksi saham AMMS sebesar Rp 164,49 juta di pasar reguler.

Menurut data perdagangan, sejak 3 Oktober hingga kemarin, saham AMMStercatat menguat sebanyak 4 kali dan melemah sebanyak 3 kali.

Dalam sepekan terakhir, saham AMMS ambles 16,24% dan dalam sebulan terakhir, saham AMMS terpantau ambrol 57,39%.

Kini, harga saham AMMS sudah berada di bawah harga IPO-nya. Adapun harga IPO saham AMMS berada di Rp 100/saham.

Belum diketahui secara pasti penyebab koreksi saham AMMS. Padahal beberapa hari sebelumnya, saham AMMS sempat bangkit dan melesat lebih dari 4%.

Di sisi lain, manajemen AMMS sendiri masih optimis kinerja perusahaan akan tetap positif di akhir tahun 2022. Direktur AMMS, Hartono sempat mengatakan tahun ini AMMS menargetkan pendapatan jasa bisa mencapai Rp 8 miliar dan laba bersih hingga Rp 2 miliar.

AMMS pun akan memaksimalkan produk jasa budidaya perikanan lewat pemasaran yang dilakukan secara intensif dan melakukan promosi di kalangan industri perikanan khusus udang serta melakukan kerja sama dengan instansi dan asosiasi yang berkaitan dengan budidaya air payau.

Sekadar informasi, dalam prospektusnya, AMMS berhasil membukukan laba komprehensif periode berjalan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2022 sebesar Rp 301,35 juta atau mengalami kenaikan sebesar 1.212,37% dibandingkan dengan perolehan di periode sama tahun sebelumnya Rp 22,96 juta.

Kinerja positif tersebut didorong oleh peningkatan penjualan yang tercatat sebesar Rp 1,92 miliar atau mengalami kenaikan sebesar 163,09% dibandingkan dengan penjualan 31 Maret 2021 sebesar Rp 729,94 juta.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular