Review Sepekan

Kartel OPEC & Grup Salim Bikin Heboh Saat IHSG Ambruk!

Maesaroh, CNBC Indonesia
08 October 2022 08:45
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada pekan ini. Perdagangan saham selama sepekan terakhir juga dibayangi banyaknya sentimen negatif.

Sentimen negatif datang dari lonjakan inflasi, ambruknya bursa global, hingga keputusan OPEC+ untuk memangkas produksi minyak mentah. Namun, rencana masuknya Group Salim ke PT Bumi Resources (BUMI) sedikit menyuntikkan sentiment positif ke IHSG.

Pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (7/10/2022), IHSG ditutup melemah 0,7% di 7.026,78. Total volume perdagangan kemarin ini menembus 26,9 miliar saham dengan total nilai transaksi Rp 12,3 triliun. Sebanyak 178 saham menguat, 360 saham turun, dan 152 saham stagnan.

Investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp 1,3 triliun di semua pasar. Saham yang banyak dijual investor asing adalah PT Astra International Tbk (ASII), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).

Secara keseluruhan, IHSG masih melemah 0,20% dalam sepekan. Artinya, IHSG sudah ambruk selama dua pekan beruntun karena pekan lalu IHSG pun jatuh 1,9%. Kendati melemah pekan ini, IHSG sebenarnya lebih banyak bergerak di zona positif. Dalam lima hari perdagangan, IHSG hanya dua kali berakhir di zona merah yakni pada Senin dan Jumat. Tiga hari perdagangan lainnya berakhir di zona hijau.

Dalam sepekan, investor asing juga masih mencatatkan net buy yakni sebesar Rp 4,77 triliun di seluruh pasar.

Pekan ini, IHSG langsung anjlok di awal pekan setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi. Indonesia mencatatkan inflasi sebesar 1,17% (month to month) pada September yang merupakan rekor tertingginya sejak Desember 2014.

Lonjakan inflasi akibat dari kenaikan harga BBM subsidi tersebut bisa menekan daya beli masyarakat dan pertumbuhan. Kondisi ini bisa membuat keuntungan banyak perusahaan, termasuk berbasis consumer goods, akan tergerus.

Kekhawatiran investor semakin meningkat setelah pada Kamis (6/10/2022) Perkumpulan negara-negara produsen minyak mentah dunia, OPEC+ sepakat untuk memangkas produksi minyak mentahnya. Produksi akan dikurangi hingga 2 juta bare per hari (bph) yang akan dimulai pada November 2022.

Pemangkasan produksi terbesar sejak pandemi Covid-19 ini dinilai akan mengerek lagi harga minyak mentah dunia sehingga pemulihan ekonomi global terganggu. Ketika kondisi ekonomi ke depannya dirasa akan susah, pendapatan para emiten diprediksi akan menurun, alhasil para investor akan melepas saham-saham yang dimiliki. Indeks saham pun ambrol.

Kinerja negatif IHSG juga dipengaruhi oleh ambruknya bursa global lainnya yang "kebakaran" pada pekan ini.
Tiga bursa utama Amerika Serikat sudah "terbakar" sejak Rabu. Pada perdagangan terakhir, Jumat (7/10/2022), Indeks D
ow Jones Industrial Average ambruk 2,1%, Indeks S&P 500 jatuh 2,8% sementara Nasdaq anjlok 3,8%.

Bursa Asia juga memerah. Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melemah 0,71%, Hang Seng Hong Kong ambles 1,51%, dan Straits Times Singapura turun 0,18%. Indeks ASX 200 Australia merosot 0,8% dan Indeks KOSPI Korea Selatan melemah 0,22%.

Perdagangan bursa Indonesia pada pekan ini juga diramaikan oleh masuknya Grup Salim ke Bumi Resources (BUMI). Masuknya grup milik konglomerat Anthoni Salim ini terbilang kejutan. Pasalnya, grup tersebut baru saja mengakuisi jalan tol layang MBZ.

Masuknya Grup Salim ke bisnis batu bara juga semakin memperbesar gurita bisnis mereka, mulai dari mie instan lewat Indofood hingga bisnis minyak gorengnya di bawah bendera PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP). 

Masuknya Grup Salim langsung membuat saham BUMI terbang. Pada perdagangan Jumat (7/10/2022), saham BUMI melesat 14,1% ke posisi Rp 186 per saham. Dalam sepekan, saham tersebut sudah melesat 35,8%.

Seperti diketahui, BUMI menggelar penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) dengan menerbitkan 200 miliar saham baru. Adapun harga pelaksanaan dari aksi korporasi ini sebesar Rp 120 per saham.

Mach Energy (Hongkong) Limited (MEL) bakal menyerap 85% dari emisi tersebut. Sedang 15% sisanya diserap oleh Treasure Global Investments Limited (TGIL).

Dengan porsi itu, artinya MEL bakal menyerap sekitar 170 miliar saham private placement. Dengan harga Rp 120 per saham, maka kocek yang dikeluarkan MEL mencapai sekitar Rp 20,4 triliun.

Komposisi pemegang saham MEL adalah, PT Bakrie Capital Indonesia memiliki sebesar 42,5% saham MEL. Kemudian, Clover Wide Limited menguasai 15% saham. Terakhir, Mach Energy (Singapore) Pte. Ltd. (MPEL) memiliki 42,5% saham MEL.

 

Mach Energy Pte. Ltd. adalah perusahaan di bawah Grup Salim. Anthoni Salim memiliki kendali atas Mach Energy Pte. Ltd..

Setelah penyelesaian private placement, baik BCI maupun MPEL akan bersama-sama mengendalikan MEL. Semua keputusan yang dibuat MEL akan disetujui bersama oleh BCI dan MEPL.

Sedang TGIL merupakan perusahaan yang berdomisili di Singapura. PT Aswana Pinasthika Investasi dan MPEL masing-masing menguasai 16,5% dan 83,85% saham TGIL.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular