Bukti Dunia Kacau Balau, Cadev RI Anjlok Terendah 2 Tahun

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 October 2022 12:35
Dollar
Foto: Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Cadangan devisa Indonesia anjlok pada September lalu hingga menyentuh level terendah dalam lebih dari 2 tahun terakhir. Padahal, neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus hingga 28 bulan beruntun.

Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2022 mencapai US$ 130,8 miliar. Realisasi ini anjlok US$ 1,4 miliar dibandingkan posisi Agustus 2022 yang sebesar US$ 132,2 miliar.

"Penurunan posisi cadangan devisa pada September 2022 antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global," tulis BI dalam siaran pers, Jumat (7/10/2022).
Cadangan devisa tersebut menjadi yang terendah sejak Mei 2020.

Seperti disebutkan, kebutuhan stabilitas nilai tukar membuat cadangan devisa menurun, artinya BI banyak melakukan intervensi.

Nilai tukar rupiah memang mengalami tekanan yang besar akibat kondisi perkekonomian dunia yang kacau balau.

Untuk pertama kalinya sejak April 2020, rupiah kembali menembus Rp 15.000/US$ bulan lalu. Sepanjang September, rupiah melemah 2,6%, menjadi pelemahan bulanan terbesar sejak Maret 2020 atau saat awal pendemi Covid-19, ketika rupiah terpuruk hingga 13,7%.

Padahal, September lalu BI menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 4,25%. Tetapi masih belum cukup membuat rupiah menguat.

Inflasi tinggi yang memicu dunia resesi tahun depan hingga ada risiko stagflasi. Bank Dunia juga sudah mengutarakan dunia akan mengalami resesi.

"Tiga ekonomi terbesar dunia-Amerika Serikat, China, dan kawasan Eropa- telah melambat tajam," tulisnya dalam sebuah studi baru, dikutip Jumat (16/9/2022).

Bank Dunia yakin pukulan moderat sekalipun akan memicu resesi global. Bank Dunia pun memperkirakan kenaikan suku bunga akan terus dilakukan hingga tahun depan. Namun, langkah ini tak akan cukup mampu membawa inflasi kembali ke tingkat sebelum pandemi Covid-19.

Lembaga internasional ini pun mengatakan bank sentral mungkin perlu menaikkan suku bunga dengan tambahan 2 poin persentase untuk meredam inflasi.

Tambahan dosis suku bunga tersebut berada di atas kenaikan 2 poin yang sudah terlihat di atas rata-rata tahun 2021.

Bank Dunia mengingatkan bahwa dosis lebih tinggi ini dapat memperlambat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) global. Pada 2023, PDB dunia diperkirakan bisa susut menjadi 0,5% setelah terkontraksi 0,4%.

Menurut Bank Dunia, ini akan memenuhi definisi teknis dari resesi global.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Neraca Dagang Surplus 28 Bulan, Duitnya Ke Mana?

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2022 kembali mencatat surplus, yakni 5,76 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar 4,22 miliar dolar AS. Kinerja positif tersebut melanjutkan surplus neraca perdagangan Indonesia sejak Mei 2020.

Neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Agustus 2022 secara keseluruhan mencatat surplus 34,92 miliar dolar AS, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun 2021 sebesar 20,71 miliar dolar AS.

Namun, surplus tersebut masih belum tercermin di cadangan devisa.

"Neraca perdagangan kita surplusnya tercatat, tapi duitnya gak di sini," ungkap Chatib Basri, Ekonom Senior saat berbincang dengan CNBC Indonesia, Kamis (6/10/2022).

"Kenapa saya bilang begini, lihat di foreign reserve, surplus gede tapi masa foreign reserve-nya stagnan," tegasnya.

Dibandingkan dengan posisi awal tahun, cadangan devisa Indonesia justru turun. Januari 2022 cadangan devisa sebesar US$141,34.

Data lain yang cukup mengkhawatirkan adalah pasokan valas di perbankan. Perbankan mencatat pertumbuhan kredit valas tumbuh lebih tinggi mencapai 15,3% dibandingkan dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) valas yang hanya 6,9%.

"Mungkin karena sistem DHE-nya (Devisa Hasil Ekspor) begitu ekspor catatin di sini dan taruh luar lagi karena risiko exchange rate," jelasnya.

Di samping itu, bunga valas yang ditawarkan perbankan dalam negeri cenderung rendah dibandingkan negara lain. Bunga valas perbankan dalam negeri 0,20%, sementara Singapura saja sampai 3,5%.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular