Dunia Kacau Balau, RI Bisa 'Apes' Kena Getahnya

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
07 October 2022 09:10
Antrean kendaraan untuk pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite di SPBU Tendean, Jakarta, Rabu (31/8/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Antrean kendaraan untuk pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite di SPBU Tendean, Jakarta, Rabu (31/8/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia sedang kacau balau. Ekonomi dunia digambarkan sedang mengalami situasi yang kurang sedap ditengarai beberapa hal seperti krisis energi, krisis pangan dan lonjakan-lonjakan harga komoditas.

Nah, satu yang bisa kembali membuat 'apes' Indonesia terkena getah dunia yang kacau balau ini adalah, keputusan kelompok produsen minyak mentah dunia atau OPEC+ yang menyepakati pemangkasan produksi minyak mentah hingga 2 juta barel per hari (bph).

Keputusan OPEC+ itu sontak membuat harga minyak mentah dunia di pasar internasional melejit lagi. Dari yang sebelumnya sudah mulai turun di level US$ 80-an per barel, kini kembali lagi di atas level US$ 90-an per barel.

Sampai pada Jumat pagi ini (7/10/2022), harga minyak mentah dunia jenis Brent mencapai US$ 94,30 per barel. Sementara harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) tembus US$ 88,40 per barel.

Pengamat Energi dan Ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM), Fahmy Radhi menyebutkan pemangkasan produksi OPEC+ untuk mengurangi suplai di pasar. Sehingga harga minyak dunia akan kembali naik.

"Kalau harga minyak kembali naik, APBN akan kembali membengkak untuk menambah subsidi BBM. Dalam kondisi tersebut, ada kemungkinan Pemerintah akan kembali menaikkan harga BBM," ungkap Fahmy kepada CNBC Indonesia, Kamis (6/10/2022).

Seperti yang diketahui, Indonesia merupakan negara net importir minyak mentah untuk kebutuhan BBM di dalam negeri mencapai 1,3-an juta barel per hari (bph), sementara produksi di dalam negeri hanya bisa mampu mencapai sekitar 650 ribu bph.

Sehingga, Indonesia harus membeli sisa kebutuhan BBM tersebut dengan harga yang cenderung akan mengalami kenaikan pasca kebijakan OPEC+ memangkas produksi 2 juta barel minyak per hari itu.

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro memperkirakan bahwa pemangkasan produksi berpotensi menyeimbangkan harga minyak menjadi lebih tinggi. Maklum, tujuan utama OPEC+ adalah mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor minyak yang selama ini menjadi andalan.

"Bagi Indonesia akan realtif sulit," tandas Komaidi.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Keputusan OPEC+ Bisa Bikin RI Merana Karena Harga BBM

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular