
Gak Peduli Wall Street Ambruk, Bursa Eropa Masih Cerah!

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Eropa kompak pulih dan bergerak di zona hijau pada sesi awal perdagangan Kamis (06/10/2022), menghentikan penurunannya kemarin. Apa penyebabnya?
Indeks Stoxx 600 di awal sesi naik 0,78% ke 402,04, di mana saham ritel melesat 2,1% dan menjadi pemimpin kenaikan. Sementara saham minyak dan gas turun 0,6% dan menjadi satu-satunya sektor yang berada di zona negatif.
Hal serupa terjadi pada indeks DAX Jerman menguat 0,97% ke 12.639,15 dan indeks CAC Prancis terapresiasi 0,35% ke posisi 6.006,31. Indeks FTSE Inggris naik tipis 0,28% ke 7.072,03.
Pergerakan yang positif tersebut terjadi setelah bursa saham Amerika Serikat (AS) berakhir di zona merah, di mana reli bursa saham global pudar setelah aktivitas manufaktur kawasan Eropa (PMI) jatuh ke posisi terendahnya sejak 20 bulan. Hal tersebut meningkatkan kekhawatiran akan resesi pada 19 negara yang berada di Eropa.
Kontrak berjangka (futures) indeks bursa AS di perdagangkan lebih tinggi hari ini setelah sempat mencicipi zona merah di sesi sebelumnya. Sementara bursa saham Asia bergerak beragam setelah bursa saham AS terkoreksi.
Ahli strategi ekuitas Barclays Eropa Emmanuel Cau menyatakan pada Rabu (5/10) bahwa ketenangan yang sementara pada suku bunga AS dan dolar AS membuat jeda untuk saham menjadi "oversold".
"Di tengah tanda-tanda tekanan keuangan, kita mungkin lebih dekat ke ambang batas rasa sakit bagi bank sentral, tapi kami pikir poros dovish membutuhkan lebih banyak bukti pertumbuhan yang lebih lemah dan penurunan inflasi yang menentukan, jadi kami ragu ekuitas belum keluar dari masalah," tutur Cau dikutip CNBC International.
Cau memberikan saran bahwa garis pemantulan pasar saham cukup rendah mengingat indeks utama sudah turun 25%-30%, sentimen tetap "uber-bearish" dan kuartal keempat biasanya menawarkan "musiman positif".
"Sementara risiko telah berjalan jauh, kapitulasi dapat berlanjut karena ketakutan akan pendaratan yang sulit. Inflasi tinggi yang bertahan membatasi kemampuan bank sentral untuk berbalik arah dan mentolerir pelonggaran dini dalam kondisi keuangan. Bahkan, saat resesi membayangi," tambah Cau.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nah Lho! Mayoritas Bursa Global Cerah, Cuma IHSG Anjlok Parah