Harga Timah Naik Sih, Tapi Awas PHP! Simak Ramalan ke Depan

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
30 September 2022 14:58
Dok.PT Timah
Foto: Dok.PT Timah

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga timah dunia terpantau menguat pada sesi perdagangan hari ini di tengah memanasnya kondisi ekonomi global sehingga terjadi kekhawatiran resesi yang menyebabkan melemahnya permintaan timah dunia.

Harga timah di pasar logam dunia, London Metal Exchange (LME) pada Jumat (30/9/2022), pukul 14:00 WIB tercatat US$ 20.805 per ton, menguat 1,37% dibandingkan dengan harga penutupan kemarin yakni US$ 20.523 per ton.

Harga timah hari ini kembali diperdagangkan di level US$ 20.000, angka ini tergolong masih berada dalam tren yang rendah. Harga timah masih lesu jika dibandingkan dengan harga sebelum perang Rusia-Ukraina meletus.

Gejolak yang terjadi pasca perang membuat kondisi ekonomi global tertekan, sehingga melemahkan permintaan timah.

Prospek keseluruhan untuk permintaan logam secara global tetap suram, karena bank sentral di seluruh dunia memperketat kebijakan moneter mereka untuk mengekang kenaikan inflasi.

Persediaan timah di gudang yang dipantau oleh bursa logam London (LME) terus menumpuk. Berdasarkan pantauan Tim Riset CNBC Indonesia pada 29 September 2022 persediaan timah di gudang LME tercatat 5.095 ton, naik tipis 0,3% dari hari sebelumnya dan melesat 73,59% point-to-point (ptp) sejak awal bulan Juni lalu yakni sebesar 2.935 ton.

Meskipun menguat, harga timah belum mampu terangkat akibat tekanan ekonomi global. Banyak ekonom yang telah memperkirakan bahwa dunia akan terjun bersama-sama ke jurang resesi pada 2023.

Setelah tren bullish selama hampir dua tahun di pasar timah, harga timah baru-baru ini berubah menjadi bearish. Didorong oleh pandemi, harga timah sempat mencapai titik tertinggi sepanjang masa.

Berbagai sentimen negatif pasca perang Rusia-Ukraina membuat pembeli khawatir akan kondisi ekonomi sehingga menyebabkan penurunan harga. Seperti banyak logam, timah tetap bergejolak untuk saat ini, setelah mencapai titik terendah pada bulan Juli.

Volatilitas pasar tentu saja melanda pasar timah sejak kuartal I hingga kuartal III tahun 2022. Namun ada yang menarik dari sebuah perusahaan tambang timah asal Afrika Selatan, AfriTin Mining yang malah berencana memperluas tambangnya di tahun mendatang. Perusahaan ini berpendapat bahwa harga timah yang tinggi sebelumnya karena pandemi sangat akan menguntungkan perusahaan.

Perusahaan seperti AfriTin, yang mengkhususkan diri pada produk timah untuk elektronik, memiliki keunggulan tersendiri di pasar. Dengan pasar elektronik yang tumbuh dengan pesat, permintaan timah berada pada titik aman menurut mereka.

Memang benar bahwa penggunaan logam sebagai paduan untuk solder membuatnya penting untuk banyak produk modern. Namun, dengan kekurangan energi yang sedang berlangsung dan keterbatasan manufaktur, timah akan menghadapi masalah sama dengan logam lainnya.

Sebagian besar logam industri menyaksikan perjalanan roller-coaster selama kuartal I-kuartal III 2022, termasuk timah. Faktanya, timah mencapai titik terendah hampir 50% di bawah rekor puncaknya pada bulan Maret, ketika banyak pasar logam mencapai titik tertinggi. LME (London Metal Exchange) sendiri mengalami kejatuhan yang sangat parah di level US$ 20.000-an.

Para analis memperkirakan harga timah akan tetap berada dalam zona resistensi dengan permintaan China yang menyusut dan produksi pabrik peleburan yang terbatas telah berdampak pada pasokan logam global selama tiga bulan terakhir.

Kebijakan moneter yang ketat mendorong dolar AS untuk melaju pasca The Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin (bp) menjadi 3-3,25%, serta menegaskan sikap agresifnya.

Apalagi, The Fed tampaknya akan tetap agresif, tertuang dalam proyeksi dan arah suku bunga ke depan yang dirilis oleh Komite Pengambil Kebijakan (FOMC). Dalam proyeksinya, FFR bisa sampai 4,4% akhir tahun ini.

Perkasanya dolar AS saat ini juga sulit membuat harga timah bangkit sebab harga timah yang dibanderol dengan greenback akan membuat harganya lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi di depan mata, pertumbuhan ekonomi global juga tampak goyah, mengancam permintaan logam industri termasuk timah maka harga pun diramal akan lesu.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum/vap) Next Article Tak Terpengaruh Covid-19, Harga Timah Nanjak!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular