Dolar AS Rebahan, Rupiah jadi Juara 1 di Asia!

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
30 September 2022 11:23
penukaran uang, rupiah
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah berhasil melibas dolar Amerika Serikat (AS) hingga pada pertengahan perdagangan Jumat (30/9/2022) dan menjadi mata uang berkinerja terbaik di Asia. Apa penyebabnya?

Mengacu pada data Refinitiv, rupiah menguat pada pembukaan perdagangan sebanyak 0,39% ke Rp 15.200/US$. Kemudian, rupiah memangkas penguatannya menjadi hanya 0,16% ke Rp 15.235/US$ pada pukul 11:00 WIB.

Penguatan Mata Uang Garuda terjadi seiring dengan terkoreksinya indeks dolar AS. Pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS yang mengukur kinerja si greenback terhadap enam mata uang dunia lainnya bergerak melemah 0,11% ke 112,136. Kian menjauh dari rekor tertingginya pada Kamis (29/9) di posisi 114,7.

Dari Negeri Paman Sam, pada Kamis (29/9), Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa jumlah klaim tunjangan pengangguran pada pekan lalu turun 16.000 orang dan menjadi level terendah sejak April 2022. Hal tersebut menandakan bahwa pasar tenaga kerja masih ketat, meskipun bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) telah menaikkan suku bunga acuannya secara agresif.

Namun pasar tenaga kerja masih tetap tangguh dan meningkatkan risiko bahwa tingkat pengangguran akan turun pada bulan ini.

Padahal, pada Juli 2022, terdapat 11,2 juta lowongan pekerjaan, di mana rasio setiap satu orang yang menganggur akan memiliki peluang dua pekerjaan yang ditawarkan karena lowongan pekerjaan lebih banyak dibandingkan dengan angka pengangguran.

Terdapat gap yang besar tersebut akan meningkatkan upah, sehingga masyarakat pun akan tetap konsumtif dan inflasi akan lebih lama turunnya. Tentunya, kian membebani The Fed dan meningkatkan peluang The Fed untuk terus menaikkan suku bunga acuannya pada November 2022.

"The Fed tidak akan memperlambat laju kenaikan suku bunga mereka dengan 75 basis poin pada November dan 50 basis poin lebih banyak pada Desember kepastian virtual," kata Christopher Rupkey, kepala ekonom di FWDBONDS di New York dikutip CNBC International.

"The Fed akan pergi sampai ada yang rusak, tetapi sejauh ini, tidak ada yang melanggar selain pasar saham dan tanda-tanda awal bahwa harga rumah mulai turun," tambahnya.

Terlepas dari itu, ekonomi AS sedang berjuang. Secara teknis, ekonomi AS telah terkonfirmasi masuk ke dalam zona resesi. Berdasarkan data dari Biro Analisis Ekonomi AS yang dirilis Kamis (29/9/2022), ekonomi AS mengalami kontraksi 0,6% secara tahunan pada kuartal II/2022, tak berubah dari pembacaan awal pada akhir Juli lalu.

Data tersebut mengonfirmasi bahwa AS telah memasuki resesi secara teknis menyusul kontraksi 1,6% pada kuartal I-2022.

Sementara itu, pada pekan depan merupakan pekan yang penting untuk investor dalam negeri. Pasalnya, pada Senin (3/9) Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi Indonesia per September 2022.

Konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia dari 14 lembaga keuangan menilai, angka inflasi akan melesat rata-rata 1,2% poin persentase secara month-to-month (mtm). Hasil polling juga memperkirakan bahwa angka inflasi secara tahunan (year-on-year/yoy) akan berada di 5,98% dan tertinggi sejak Oktober 2015.

Polling CNBC juga sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia (BI).Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV September 2022, BI memperkirakan inflasi September menembus 1,1% (mtm).

Sebagai catatan, Indonesia mencatatkan deflasi sebesar 0,21% (mtm) sementara inflasi tahunannya menembus 4,69% pada Agustus 2022.

Kenaikan pada angka inflasi diprediksikan dipicu oleh naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Pada 3 September 2022, pemerintah Indonesia telah menaikkan harga BBM Subsidi Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Disusul, harga Solar subsidi dikerek menjadi Rp 6.800 per liter dari Rp 5.150 per liter.Dua BBM Subsidi terseret rata-rata naik 31,4%.

Padahal, porsi konsumsi Petralite sebesar 47% dari total konsumsi BBM, sehingga kenaikan sebesar 30% pada harga BBM bersubsidi tentunya akan berdampak pada angka inflasi.

Meskipun, indeks dolar AS terkoreksi di pasar spot, tapi mayoritas mata uang di Asia masih terkoreksi terhadap dolar AS. Rupiah kembali menduduki juara satu, di mana berhasil terapresiasi lebih besar sebanyak 0,16% terhadap dolar AS. Disusul oleh yuan China yang menguat 0,12% di hadapan dolar AS.

Sementara baht Thailand dan dolar Taiwan menjadi mata uang yang berkinerja buruk, di mana terkoreksi masing-masing sebesar 0,26% dan 0,2%. Namun, dolar Hong Kong stagnan terhadap si greenback.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bye Dolar! Rupiah Mengangkasa Pekan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular