
Tak Ikuti Amerika! BOJ Mantap Tahan Suku Bunga

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank of Japan (BOJ) memutuskan untuk mempertahankan kebijakan moneter ultra-longgarnya, meskipun yen Jepang sempat anjlok terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan lalu.
Pada Senin (26/9), BOJ menggelar pertemuan di Osaka Jepang. Dalam pidatonya, Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda menyatakan bahwa ketidakpastian atas prospek ekonomi dunia meningkat karena langkah-langkah kebijakan moneter baru-baru ini oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) (Federal Reserve/The Fed) meningkatkan perlambatan pertumbuhan global.
Namun, Kuroda mengambil langkah berbeda dengan The Fed dan menyatakan akan melanjutkan pelonggaran moneternya untuk meningkatkan ekonomi Jepang dan membuat kondisi keuangan yang akomodatif dengan mengalihkan fokusnya dengan memenuhi berbagai kebutuhan pembiayaan pada bisnis.
Kuroda memperingatkan bahwa inflasi kemungkinan akan meningkat lebih jauh pada akhir tahun ini, tapi ia memproyeksikan bahwa inflasi akan turun di bawah 2% pada awal 2023. Menurutnya, meningkatnya inflasi berasal dari harga komoditas yang tinggi, bukan karena peningkatan permintaan domestik.
Sehingga, BOJ akan tetap mempertahankan kebijakan moneter ultra longgar. Kini, BOJ menjadi satu-satunya bank sentral utama yang masih mempertahankan suku bunga negatif di -0,1%.
Tujuan BOJ untuk mempertahankan pelonggaran moneternya untuk mendukung perekonomian dari sisi permintaan, sehingga bisnis dapat berkembang disertai dengan kenaikan upah.
![]() |
Padahal, pekan lalu, yen Jepang sempat jeblok terhadap dolar dolar Amerika Serikat (AS). Pada perdagangan Kami (22/9/2022), yen Jepang melemah terhadap dolar AS dan menyentuh posisi JPY 145,89/US$. Posisi tersebut menjadi yang terendah sejak Agustus 1998.
Akhirnya, pemerintah Jepang pun melakukan intervensi dengan menjual dolar AS dan membeli yen Jepang untuk pertama kalinya sejak 1998. Tidak lama, yen Jepan pun berhasil menguat 1,17% ke JPY 142,35/US$.
Di sepanjang tahun ini, yen Jepang memang telah terkoreksi 23% di hadapan dolar AS. Pelemahan yen Jepang tidak lepas dari perbedaan kebijakan moneter antara The Fed dan BOJ.
Diketahui, The Fed pada pekan lalu telah memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya hingga 75 basis poin (bps) dan mengirim tingkat suku bunga Fed ke kisaran 3%-3,25%. Bahkan di sepanjang tahun ini, Fed telah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 300 bps dan mengindikasikan akan terus menaikkan suku bunga acuannya hingga tahun depan.
Meski begitu, pemerintah Jepang menyatakan akan terus waspada pada pergerakan yen Jepang di pasar spot. Pada Senin (26/9), Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengatakan pada konferensi pers bahwa pemerintah Jepang sangat waspada terhadap pergerakan yen Jepang yang volatil terhadap dolar AS dan menyatakan akan melakukan intervensi di pasar mata uang lagi jika diperlukan.
"Kami mengambil tindakan yang tepat terhadap volatilitas berlebihan yang didorong oleh spekulan. Intervensi tersebut memiliki efek tertentu. Tidak ada perubahan dalam sikap kami bahwa kami akan mengambil tindakan lebih lanjut jika diperlukan," kata Suzuki dikutip Reuters.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lagi, Bank Jepang Tahan Suku Bunga Acuan