Ikuti Gaya Amerika! BI Bikin Shock Kerek Bunga Jadi 4,25%

Maesaroh, CNBC Indonesia
Kamis, 22/09/2022 17:05 WIB
Foto: Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo Memberikan Keterangan Pers Mengenai Hasil Rapat Berkala KSSK II Tahun 2022 (Tangkapan Layar Youtube Kemenkeu RI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) kembali mengejutkan pasar. Setelah pada Agustus menaikkan suku bunga acuan untuk pertama kalinya dalam 45 bulan, BI pada hari ini menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 4,25%.

Kenaikan BI7DRR sebesar 50 bps di atas ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 institusi menunjukkan 12 lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan mengerek BI7DRR sebesar 25 bps dan hanya dua lembaga/institusi yang memproyeksi kenaikan sebesar 50 bps.

Terakhir kali BI menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps adalah pada Juni 2018 sebagai langkah pre-emptive dan front-loading mengantisipasi pengetatan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).


Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada hari ini juga memutuskan untuk menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 3,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 50 bps menjadi 5,00%.




Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan kenaikan suku bunga sebagai bagian dari langkah pre-emptive, front-loading da nforward looking untuk menekan ekspektasi inflasi. Ekspektasi diperkirakan akan melonjak setelah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Subsidi pada 2 September lalu.

"Kenaikan suku bunga untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasarannya. Yang kita kendalikan adalah inflasi inti karena itu menunjukkan sisi permintaan," tutur Perry dalam konferensi pers hasil RDG Bulanan Bulan September 2022, Kamis (22/9/2022).

Perry memperkirakan laju inflasi bisa menembus 5,89% (year on year /yoy) pada bulan ini dan di atas 6% pada akhir tahun 2022. Sementara itu, inflasi inti diperkirakan menyentuh 4,6% pada tahun ini.

Tingginya inflasi dipicu oleh besarnya dampak kenaikan harga BBM Subsidi yang datang dari dampak langsung dan dampak lanjutan atau second round effect seperti ongkos produksi dan transportasi.

Penelitian BI ini menunjukkan dampak second round, berlangsung kurang lebih 3 bulan. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi umum pada Agustus tercatat 4,69% (yoy) sementara inflasi inti tercatat 3,04% (yoy) atau yang tertinggi sejak November 2019 (3,08%).

"Keputusan hari ini front-loading, pre-emptive, dan forward looking untuk memastikan inflasi inti di bawah 4% tahun depan," imbuh Perry


(mae/mae)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perry Warjiyo Putuskan BI Rate Tetap 5,50%

Pages