Saham Grup Bakrie Turun Berjilid-jilid, Waktunya Balik Arah?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
22 September 2022 13:10
Karyawan melintas di depam layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (5/7/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten Grup Bakrie terpantau bervariasi pada perdagangan sesi I, Kamis (22/9/2022), setelah beberapa hari sebelumnya terkoreksi. Saham emiten Grup Bakrie yang terpantau ambles hari ini adalah PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG).

Sedangkan yang menguat yakni PT Darma Henwa Tbk (DEWA) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). Namun, untuk saham emiten holding yang menaungi berbagai anak usaha Grup Bakrie yakni PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) stagnan pada perdagangan sesi I hari ini.

Berikut pergerakan saham Grup Bakrie pada perdagangan sesi I, Kamis (22/9/2022).

EmitenKode SahamHarga Saham TerakhirPerubahan Hari Ini (%)Perubahan Sepekan (%)Perubahan Sebulan (%)
Bumi ResourcesBUMI152-3,18%-20,00%-12,64%
Energi Mega PersadaENRG268-1,47%-6,29%15,52%
Bakrie & BrothersBNBR530,00%-13,11%-14,52%
Darma HenwaDEWA631,61%-18,18%-14,86%
Bumi Resources MineralsBRMS1792,29%-18,64%-30,08%

Sumber: RTI

Saham BUMI ditutup ambles 3,18% ke posisi harga Rp 152/unit pada perdagangan sesi I hari ini. Nilai transaksi saham BUMI mencapai Rp 983 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 6 miliar lembar saham.

Sedangkan saham ENRG terpantau merosot 1,47% ke posisi Rp 268/unit. Nilai transaksi saham ENERG mencapai Rp 6 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 23 juta lembar saham.

Namun untuk saham DEWA dan BRMS terpantau menghijau masing-masing 1,61% dan 2,29%. Sedangkan BNBR stagnan di harga Rp 53/unit.

Sebelumnya, saham Grup Bakrie sempat terkoreksi berhari-hari, di mana awal dari koreksi saham Grup Bakrie terjadi pada awal September ini.

Dalam sepekan terakhir, saham BUMI menjadi yang paling parah koreksinya yakni ambles 20%. Sedangkan saham ENRG menjadi yang paling rendah koreksinya dalam sepekan terakhir, yakni merosot 6,29%.

Adapun dalam sebulan terakhir, saham BRMS menjadi yang paling besar koreksinya yakni ambruk 30,08%. Sedangkan saham ENRG masih melesat hingga 15,52%.

Ambruknya saham Grup Bakrie memang belum diketahui secara pasti. Tetapi, dengan melesatnya harga saham BUMI, BRMS, dan BNBR pada akhir Agustus lalu membuat investor masih merealisasikan keuntungannya hingga hari ini.

Selain itu, harga saham BUMI dan BRMS yang dinilai sudah cukup tinggi karena sempat melesat berhari-hari membuat investor juga masih melakukan aksi profit taking.

Alasan lainnya yakni kondisi global. Meski harga batu bara acuan dunia masih cenderung menguat dalam sepekan terakhir, tetapi secara harian, harganya masih cenderung berfluktuasi. Harga batu bara dapat mempengaruhi pergerakan saham BUMI dan BRMS.

Pada perdagangan Rabu kemarin, harga batu bara kontrak Oktober di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 448 per ton. Harganya menguat 2,28% dibandingkan hari sebelumnya.

Dalam sepekan, harga batu bara menguat 2% secara point-to-point (ptp). Dalam sebulan, harga batu bara naik 0,56% sementara dalam setahun melesat 151,3%.

Namun pada pekan lalu, harga batu bara sempat melemah 0,6% ptp. Artinya, harga batu bara masih cenderung volatil dalam beberapa hari terakhir, meski dalam jangka menengah trennya masih bullish.

Sementara itu, harga emas yang masih merana turut mempengaruhi gerak saham Grup Bakrie, terutama untuk saham BRMS yang salah satu kegiatan usahanya merupakan penambangan emas.

Pada perdagangan hari ini pukul 7:14 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.662/ troy ons. Harga emas jeblok 0,67%.

Dalam sepekan, harga emas masih menguat 0,31% (ptp). Dalam sebulan, harga emas menyusut 3,8% sementara dalam setahun anjlok 5,6%.

Di lain sisi, kerusuhan di tambang emas Poboya milik BRMS juga sempat mempengaruhi sedikit pergerakan saham BRMS, meski manajemen BRMS memastikan kerusuhan tersebut tidak mengganggu operasional perusahaan.

Herwin Hidayat, Investor Relations BRMS tak menampik adanya demonstrasi yang berujung pembakaran alat berat di tambang emas milik PT Citra Palu Minerals (CPM). Ini adalah entitas usaha milik BRMS.

"Perusakan alat berat dilakukan oleh beberapa penambang liar. Peralatan ini dioperasikan oleh kontraktor pihak ketiga yang disewa oleh CPM," terangnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (21/9/2022).

Kondisi saat ini sudah kembali kondusif. Aparat kepolisian sudah turun tangan dan mengamankan lokasi.

Kerusakan alat berat juga sudah diasuransikan. "Pekerjaan pemboran dan pembangunan pabrik segera berjalan kembali seperti semula," imbuh Herwin.

Seperti diketahui, BRMS melalui CPM tengah membangun pabrik emas kedua di Palu, Sulawesi Tengah.Pabrik itu memiliki kapasitas pengolahan 4.000 ton bijih per hari.

Dengan adanya tambahan pabrik tersebut diharapkan dapat meningkatkan produksi emas perusahaan pada kuartal keempat tahun ini. Sebab, saat ini, melalui anak usahanya, PT Citra Palu Minerals, memproduksikan emas hanya dari 1 pabrik yang berkapasitas 500 ton bijih per hari di Palu.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Era Baru Grup Bakrie, Kembalikan Denyut Melalui Energi Hijau

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular