Rupiah Keok Dihantam Dolar AS, Mata Uang Ini Lebih Parah!

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
21 September 2022 11:50
penukaran uang, rupiah
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah kembali terlibas dolar Amerika Serikat (AS) hingga pada pertengahan perdagangan Rabu (21/9/2022). Indeks dolar AS memang sedang perkasa di pasar spot, tidak heran rupiah pun tertekan.

Mengacu pada data Refinitiv, rupiah terkoreksi pada pembukaan perdagangan sebanyak 0,13% ke Rp 15.000/US$. Sayangnya, rupiah kembali terkoreksi lebih dalam menjadi 0,2% ke Rp 15.010/US$ pada pukul 11:00 WIB.

Mata Uang Garuda terbebani oleh keperkasaan indeks dolar AS di pasar spot. Pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS yang mengukur kinerja si greenback terhadap enam mata uang dunia lainnya bergerak menguat 0,02% ke posisi 110,23 dan berada kian dekat dengan rekor tertinggi dua dekadenya di 110,79.

Selain itu, imbal hasil (yield) obligasi melesat menjelang keputusan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pekan ini.

Yield obligasi tenor 2 tahun yang sensitif dengan kenaikan suku bunga acuan The Fed, mencapai 3,992% pada Selasa (20/9) dan menjadi posisi tertinggi sejak 2007. Sementara yield obligasi tenor 10 tahun menyentuh 3,604% dan menjadi level tertinggi sejak 2011.

Kenaikan pada yield obligasi menunjukkan bahwa pelaku pasar khawatir akan situasi ekonomi, sehingga beralih pada aset yang lebih aman. Permintaan akan obligasi pun naik.

Bahkan, analis memprediksikan bahwa indeks dolar AS akan kembali perkasa dalam waktu dekat.

"Tingkat berikutnya yang kita lihat (indeks dolar AS) dalam waktu dekat adalah 112," kata Ekonom Senior dan Ahli Strategi Mata Uang Senior di Commonwealth Bank of Australia Kristina Clifton dikutip Reuters.

The Fed dijadwalkan akan menggelar pertemuan untuk membahas kebijakan moneter terbarunya pada 21-22 September 2022.

Jika mengacu pada alat ukur FedWatch, pasar memprediksikan peluang sebanyak 80% bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) menjadi 3%-3,25%. Sementara sisanya memproyeksikan The Fed akan lebih agresif lagi dengan menaikkan suku bunga sebesar 100 bps menjadi 3,25%-3,5%.

Sementara itu, pada Kamis (22/9), Bank Indonesia (BI) juga akan mengumumkan kebijakan moneter terbarunya. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 institusi kompak memproyeksikan BI akan menaikkan suku bunga acuannya pada bulan ini.

Sebanyak 12 institusi memproyeksikan BI akan menaikkan sebanyak 25 bps dan mengirim tingkat suku bunga menjadi 4%, sedangkan sisanya memproyeksikan kenaikan sebesar 50 bps dengan tingkat suku bunga menjadi 4,25%.

Senada, konsensus analis Reuters, memprediksikan bahwa BI akan mengekor bank sentral dunia lainnya yang bertindak agresif untuk meredam inflasi yang melonjak. Mengirim tingkat suku bunga berada di 4% pada bulan ini.

Analis Reuters juga memproyeksikan bahwa BI akan kembali menaikkan suku bunga acuannya hingga mengirim tingkat suku bunga menjadi 4,75% pada akhir 2022, kembali ke posisi sebelum pandemi Covid-19. Sementara, pada kuartal ketiga 2023, tingkat suku bunga akan berada di 5,25% atau lebih tinggi.

Ternyata, Mata Uang Garuda tidak sendirian. Keperkasaan dolar AS juga menekan mata uang di Asia.

Baht Thailand terkoreksi paling tajam sebesar 0,41% terhadap dolar AS, disusul oleh yuan China yang melemah 0,37% di hadapan si greenback.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Gagal Nanjak, Padahal Dolar AS Lagi Lesu.. Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular