
Tak Cuma Hubungan, Pasar Juga Perlu Kepastian!

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Wall Street sukses menguat pada perdagangan Senin waktu setempat. Kenaikan tersebut terjadi beberapa hari sebelum pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) yang diperkirakan bisa menaikkan suku bunga sebesar 100 basis poin menjadi 3,25% - 3,5%.
Hal tersebut terlihat di perangkat FedWatch milik CME Group, di mana pasar melihat ada probabilitas sebesar 19% The Fed akan menaikkan 100 basis poin pada Kamis (22/9/2022) dini hari waktu Indonesia. Sementara probabilitas sebesar 81% untuk kenaikan 75 basis poin.
Ekspektasi kenaikan 100 basis poin tersebut membuat Wall Street rontok pada pekan lalu. Indeks S&P 500 jeblok hingga 4,8%. Sementara Senin kemarin mampu menguat 0,7% ke 3.899,89.
![]() |
Penguatan Wall Street tersebut tentunya bisa menjadi angin segar dan sentimen positif ke pasar Asia pada perdagangan Selasa (20/9/2022), termasuk ke Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Rupiah juga punya peluang menguat melihat indeks dolar AS yang stagnan di awal pekan, setelah melesat 0,7% sepanjang pekan lalu.
Wall Street yang berbalik menguat dan penguatan dolar AS yang tertahan menjelang pengumuman kebijakan moneter Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed, memang lazim terjadi. Sebab, pelaku pasar juga perlu kepastian seberapa besar Jerome Powell dan kolega akan menaikkan suku bunga.
"Kita dalam pendekatan wait and see, pasar menanti beberapa katalis bullish atau bearish yang bisa membuat kita keluar dari range trading. Pasar masih kesulitan menentukan arah," kata Adam Sarhan, CEO 50 Park Investments, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (19/9/2022).
Jika The Fed menaikkan suku bunga hingga 100 basis poin, bisa menjadi indikasi The Fed melihat inflasi masih akan terus menanjak atau belum mencapai puncaknya. Hal ini bisa memicu gejolak di pasar finansial. Bursa saham global berisiko rontok, dan dolar AS akan semakin perkasa.
Rupiah pun berisiko semakin jeblok. Meski demikian, sebelum pengumuman suku bunga The Fed, dolar AS juga masih akan belum mampu menguat tajam.
"Akan kah dolar AS menguat lebih jauh sebelum pengumuman FOMC? Saya pikir pasar akan sedikit menarik dolar AS, dan akan berada pada fase konsolidasi," kata Amo Sahota, direktur eksekutif di Klarity FX San Francisco.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mulai Rebound, IHSG Mau Nyusul di Sesi 2 Nih?
