
Fed Effect Gak Mempan, Harga Perak Tetap Nanjak

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga perak dunia terpantau stabil pada perdagangan jelang siang hari ini di tengah ekspektasi pasar mengenai kenaikan suku bunga acuan yang tinggi. Pada Jumat (16/9/2022) pukul 11.23 WIB harga perak di pasar spot tercatat US$19,17 per ons, menguat 0,05% di bandingkan harga penutupan kemarin.
Para pelaku pasar melihat kemungkinan bank sentral Amerika Serikat, The Fed, akan secara agresif menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp). Bahkan hingga 100 basis poin.
Hal ini dilakukan untuk 'perang' melawan inflasi yang pada Agustus meningkat 0,1% month-to-month/mtm. Inflasi tahunan pun tercatat 8,3% year-on-year/yoy, di atas konsensus 8,1% yoy. Angka tersebut masih jauh dari target 2%, sehingga probabilitas The Fed menjaga agresivitas dalam menaikkan suku bunga acuannya terbuka lebar.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 75 bp menjadi 3,00% - 3,25% adalah 80,0%. Sementara peluang kenaikan suku bunga acuan sebesar100 bp menjadi 3,25% - 3,50% adalah 20%.
Kenaikan suku bunga membuat perak sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil menjadi kurang menarik bagi investor. Akibatnya permintaan berkurang, harga pun tertekan.
Akan tetapi, harga perak ditopang oleh ekonomi Amerika Serikat yang cukup baik. Klaim pengangguran awal di AS untuk pekan terakhir 10 September berjumlah 213.000, turun 5.000 dari periode sebelumnya. Angka ini pun lebih rendah dari perkiraan ekonom di mana angkanya akan naik ke 226.000.
Kemudian penjualan ritel AS bertumbuh 0,3% secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Agustus, tumbuh dari bulan sebelumnya yang negatif 0,4%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras) Next Article Anjlok Hampir 2%, Harga Perak Terendah dalam 3 Bulan