Duh! Rupiah Balik Lagi ke Atas Rp 14.900/US$
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (16/9/2022) setelah menguat cukup tajam kemarin. Sentimen pelaku pasar yang kembali memburuk membuat rupiah tertekan.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan di Rp 14.920/US$, melemah 0,17% di pasar spot.
Sentimen pelaku pasar yang memburuk terlihat dari bursa saham AS (Wall Street) yang kembali ambrol.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 173 poin, atau 0,56% menjadi 30.961,82.S&P 500 turun 1,13% menjadi 3.901,35 dan Nasdaq Composite turun 1,43% menjadi 11.552,36.
Ekspektasi bank sentral AS (The Fed) masih akan sangat agresif dalam menaikkan suku bunga membuat Wall Street ambrol di pekan ini. Sebaliknya, indeks dolar AS terus menanjak.
Kombinasi sentimen pelaku pasar yang memburuk dan indeks dolar AS yang kuat membuat rupiah tertekan.
Meski demikian, ada kabar gembira dari dalam negeri yang mampu meredam pelemahan rupiah, bahkan menguat Kamis kemarin.
Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin melaporkan ekspor Indonesia pada periode Agustus 2022 berhasil tumbuh 30,15% secara (year-on-year/yoy) mencapai US$ 27,91 miliar.
Sementara impor pada periode yang sama US$ 22,15 miliar naik 32,81% (yoy). Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia kembali surplus sebesar US$ 5,76 miliar.
Surplus tersebut lebih tinggi ketimbang konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Agustus sebesar US$ 4,12 miliar.
Ekspor tercatat mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah, melampau rekor sebelumnya pada April 2022 yang mencapai US$ 27,3 miliar, berdasarkan catatan CNBC Indonesia.
Sukor Securitas menyebut surplus neraca perdagangan tersebut bisa membantu stabilitas rupiah di bulan ini.
Di bulan ini, Sukor juga memprediksi akan ada peningkatan capital inflow baik di pasar obligasi maupun saham, selain karena surplus neraca perdagangan, Bank Indonesia (BI) juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pekan depan.
Sementara itu ekonom Bank Mandiri, Faisal Rachman memprediksi dengan neraca perdagangan yang terus mencatat surplus, transaksi berjalan sepanjang 2022 diperkirakan juga akan surplus 0,03% dari produk domestik bruto (PDB). Artinya, pasokan valuta asing akan mengalir ke dalam negeri, sehingga bisa menjaga stabilitas rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)