
Wall Street Ambrol Lagi, Rupiah Sepertinya Bakal Menyusul

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.895/US$ Kamis kemarin, berkat neraca perdagangan yang mencetak surplus 28 bulan beruntun.
Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin melaporkan ekspor Indonesia pada periode Agustus 2022 berhasil tumbuh 30,15% secara (year-on-year/yoy) mencapai US$ 27,91 miliar.
Sementara impor pada periode yang sama US$ 22,15 miliar naik 32,81% (yoy). Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia kembali surplus sebesar US$ 5,76 miliar.
Surplus tersebut lebih tinggi ketimbang konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Agustus sebesar US$ 4,12 miliar.
Ekspor tercatat mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah, melampau rekor sebelumnya pada April 2022 yang mencapai US$ 27,3 miliar, berdasarkan catatan CNBC Indonesia.
Sementara pada perdagangan Jumat (16/9/2022), rupiah berisiko kembali melemah. Sebab, sentimen pelaku pasar kembali memburuk, terlihat dari bursa saham AS (Wall Street) yang kembali ambrol. Selain itu, indeks dolar AS juga kembali menguat tipis 0,07% pada perdagangan Kamis.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih tertahan di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50) kisaran Rp 14.890/US$ - Rp 14.900/US$.
MA 50 merupakan resisten kuat, sehingga tekanan pelemahan akan lebih besar ketika rupiah menembusnya. Meski demikian, rupiah ketika menembus MA 50 Rabu lalu masih belum jauh, sehingga tergolong weak breakout.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian kembali bergerak naik dan berada di kisaran 50 - 60.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Selama bertahan di atas MA 50, rupiah berisiko melemah lebih jauh menuju Rp 14.940/US$ - Rp 14.950/US$. Penembusan level tersebut akan membawa rupiah menuju Rp 15.000/US$.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara Stochastic 1 Jam, yang digunakan untuk memproyeksikan pergerakan harian, sudah turun tetapi masih jauh dari level oversold.
Jika kembali ke bawah MA 50, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.860/US$ - Rp 14.850/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
