Gak Kuat Nanjak, IHSG Gagal Ditutup di Rekor Tertinggi
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) gagal kembali mencetak level tertinggi sepanjang sejarah alias All Time High-nya hari ini.
IHSG ditutup menguat 0,38% di 7.305,6 atau lebih rendah dari posisi pembukaan 7.311. Padahal IHSG sempat menyentuh posisi tertinggi sepanjang sejarahnya di 7.377,5.
Level penutupan perdagangan hari ini, meski masih di atas 7.300, masih di bawah level penutupan 2 hari lalu di 7.318,06.
Statistik perdagangan mencatat ada 268 saham yang mengalami apresiasi, 283 saham melemah dan 154 saham stagnan.
Pergerakan IHSG juga sejalan dengan mayoritas indeks saham Asia lainnya yang menghijau kecuali indeks Shanghai Composite yang melemah lebih dari 1%.
Tiga indeks Wall Street kompak menguat semalam karena investor memanfaatkan harga murah setelah hari sebelumnya mencatatkan kinerja harian terburuk dalam dua tahun terakhir.
Dow Jones Industrial Average naik tipis 30,12 poin, atau 0,10% menjadi 31.135,09. S&P 500 naik 0,34% menjadi 3.946,01 dan Nasdaq Composite menguat sekitar 0,74% menjadi 11.719,68.
Pergerakan pasar tersebut terjadi setelah laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) Agustus menunjukkan inflasi utama naik 0,1% month-to-month/mtm meskipun ada penurunan harga gas.
Laporan inflasi semakin meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed, bank sentral Amerika, akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp) pada pertemuan 20-21 September. Laporan inflasi Agustus yang tinggi dapat membuat The Fed melanjutkan kenaikan secara agresif lebih lama dari yang diantisipasi oleh investor.
"Aksi jual Selasa adalah pengingat bahwa reli berkelanjutan kemungkinan memerlukan bukti yang jelas bahwa inflasi berada dalam tren menurun. Dengan ketidakpastian makroekonomi dan kebijakan yang meningkat, kami memperkirakan pasar akan tetap bergejolak di bulan-bulan mendatang," kata Mark Haefele, CIO dari UBS Global Wealth Management, dalam catatannya.
Dari dalam negeri, ada katalis positif terkait data neraca dagang Indonesia untuk bulan Agustus 2022.
Sebagai catatan, ekspor Indonesia bulan Agustus 2022 naik 30,15% year on year (yoy) dan impor meningkat 32,81% yoy. Neraca dagang surplus US$ 5,7 miliar bulan lalu.
Nilai surplus tersebut jauh lebih tinggi dari konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan surplus hanya sebesar US$ 4,12 miliar.
Dengan data perdagangan internasional yang rilis hari ini, maka resmi Indonesia mencetak rekor surplus neraca dagang 28 bulan beruntun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/vap)