Diam-diam, Konglomerat Sujaka Lays Cuan Rp 1 T dari COAL

fsd, CNBC Indonesia
14 September 2022 11:47
PT Black Diamond Resources  (CNBC Indonesia/Teti Purwanti)
Foto: PT Black Diamond

Secara fundamental, perusahaan sebenarnya mencatatkan kenaikan kinerja keuangan yang cukup signifikan. Melansir prospektus IPO, sepanjang tahun 2021 perusahaan mencatatkan pendapatan Rp 171,70 miliar atau naik 120 kali lipat dari capaian tahun 2020 sebesar Rp 1,41 miliar. Laba bersih perusahaan tahun lalu tercatat sebesar Rp 27,32 miliar.

Sedangkan dalam empat bulan pertama tahun ini, pendapatan perusahaan tercatat Rp 95,53 miliar, meningkat 127% secara tahunan (yoy) dari semula Rp 42,09 miliar. Laba perusahaan juga naik dua kali lipat lebih menjadi Rp 43,30 miliar dari semula Rp 21,42 miliar.

Perusahaan juga mengungkapkan akan menggunakan dana IPO untuk membuka area tambang baru dan meningkatkan produksinya tahun ini. Akan tetapi eskalasinya relatif kecil dan tidak akan berdampak signifikan pada kinerja bottom line perusahaan, apa lagi jika harga batu bara global terus mendingin.

Saat ini perusahaan mengungkapkan memiliki cadangan terbukti hanya 9 juta ton dan cadangan terkira 25 juta ton. Angka ini sangat kecil jika dibandingkan dengan emiten batu bara lainnya. Sebagai perbandingan, Adaro Minerals (ADMR) yang juga merupakan bintang IPO tahun ini memiliki cadangan batu bara hingga 170 juta ton - terbukti 83 juta ton, terkira 87 juta ton - dan tahun ini diprediksi akan memproduksi hingga 3 juta ton.

Selain cadangan yang jauh lebih besar, ADMR juga memiliki cadangan batu bara metalurgi dengan kalori tinggi sehingga harga jualnya juga lebih mahal dibandingkan dengan kalori menengah milik COAL.

Saat ini perusahaan menyebut tingkat produksi masih mencapai 50 ribu ton/bulan atau setara dengan 600 ribu ton/tahun dan akan ditingkatkan menjadi 800 ribu ton pada tahun ini.

Data Refinitiv mencatat saat ini saham COAL menjadi yang paling kemahalan di anta emiten batu bara lainnya baik itu dari perbandingan harga saham terhadap nilai buku (PBV) maupun perbandingan harga terhadap laba bersih per saham (PE).

Melansir Refinitiv, harga saham COAL saat ini diperdagangkan 25,16 nilai bukunya, di mana secara keseluruhan di sektor tambang batu bara, secara rerata harga saham perusahaan diperdagangkan 2,23 kali harga buku. Sementara nilai PE perusahaan mencapai 38, dibandingkan rata-rata industri yang hanya 5,61.

Dibandingkan ADMR yang harganya terbang 1830% dari harga IPO tahun ini, saham COAL juga masih relatif 'kemahalan' dengan PBV dan PE ADMR secara berurutan adalah 12,15 dan 15,20, jauh lebih kecil dari catatan COAL.

Meski demikian, angka tersebut tampaknya akan sedikit membaik ketika perusahaan melaporkan kinerja penuh satu semeter. Meskipun perbaikan ini tidak terlalu berdampak signifikan pada valuasi saham perusahaan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(fsd)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular